kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.889   41,00   0,26%
  • IDX 7.204   63,03   0,88%
  • KOMPAS100 1.106   10,86   0,99%
  • LQ45 878   11,63   1,34%
  • ISSI 221   0,93   0,42%
  • IDX30 449   6,38   1,44%
  • IDXHIDIV20 540   5,74   1,07%
  • IDX80 127   1,43   1,14%
  • IDXV30 135   0,66   0,49%
  • IDXQ30 149   1,74   1,18%

Kalla & Pertamina bangun proyek LNG


Sabtu, 08 Oktober 2016 / 07:30 WIB
Kalla & Pertamina bangun proyek LNG


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. PT Bumi Sarana Migas, anak usaha Kalla Grup resmi menjalin joint venture dengan PT Pertamina untuk membangun LNG Receiving Terminal yang berlokasi di Bojonegara, Serang Banten. Namun, jalan proyek itu tidak akan mulus, lantaran masih banyak poin yang belum disepakati bersama.

Didi Sasongko Widi, Vice President Liquefied Natural Gas (LNG) Pertamina menyebut, saat ini Pertamina masih dalam proses finalisasi nilai keekonomian proyek terminal gas tersebut. Namun, Didi enggan menjelaskan saat ditanya apakah finalisasi keekonomian tersebut menyangkut masalah toll fee dan regasifikasi fee. "Itu confidential," ujarnya pada Jumat (7/10).

Proyek terminal LNG bersama Grup Kalla itu semula ditargetkan selesai pada 2019. Namun, dengan realitas persiapan yang ada sekarang ia memprediksi baru bisa kelar 2020 atau mundur satu tahun. "Kami proyeksi proyek selesai 2020. Kami mengantisipasi kebutuhannya," jelas Didi.
 
Bumi Sarana dan Pertamina sendiri telah merancang untuk membangun Terminal LNG ini dalam dua fase. Fase pertama dan kedua masing-masing dengan kapasitas sebesar 500 mmscfd. Sehingga total kapasitas terminal LNG Bojonegara mencapai hingga 1.000 mmscfd.

Selain itu, kerjasama ini  akan berlanjut dengan membangun komplek energi yang tidak hanya berisi terminal LNG tetapi juga kilang minyak dan pembangkit listrik sebesar 2 x 1.000 megawatt (MW).

Didi menyebut Pertamina saat ini masih menghitung kepastian berapa besar kebutuhan pasar gas domestik. Tujuannya agar bisa memastikan berapa besar pasokan gas yang bisa didapat untuk kilang LNG tersebut.

Apalagi dalam proyeksi pemerintah, pada 2019 mendatang kebutuhan gas bakal meningkat lantaran ada permintaan dari pembangkit listrik tenaga gas yang mulai beroperasi. Karena itu, jika tidak akurat dalam melakukan penghitungan, bisa jadi pasokan gas untuk kilang LNG harus impor.

Proyeksi Pertamina, lonjakan permintaan gas juga bakal molor hingga 2020 lantaran beberapa proyek pembangkit listrik tenaga gas diprediksi molor realisasinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×