kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kaya akan nikel, Indonesia jangan hanya fokus ke mobil listrik


Rabu, 06 Januari 2021 / 14:18 WIB
Kaya akan nikel, Indonesia jangan hanya fokus ke mobil listrik
ILUSTRASI. Pertambangan nikel


Sumber: TribunNews.com | Editor: Yudho Winarto

Bagas juga mengakui, kelebihan mobil listrik terletak pada tak adanya emisi buangan. Namun jangan lupa, mobil listrik dapat listrik dari PLN. “Jadi, sama saja, tidak ada bedanya. PLN akan melepas emisi gas buang lebih banyak ke atmosfir,” katanya.

“Saya tidak yakin, kalau mobil listrik dengan sistem battery akan menjadi kendaraan masadepan. Feeling saya adalah transportasi publik dengan sistem energi terpusat, lebih efisien, efektif dalam mendukung transportasi manusia dan barang, dan tidak menimbulkan kemacetan di tempat tujuan,” lanjutnya.

Ke depannya, secara bersamaan, pemerintah harus mengembangkan industri logam dasar dan kimia dasar, terutama yang berbasis Ni.

Paduan logam Ni adalah material temperatur tinggi, yang sangat strategis ke depan. Akan banyak dipakai di industri-industri pembangkitan energi listrik, terutama energi nuklir, dengan efisiensi pembangkitan yang tinggi, di atas 42%.

Industri metalurgi tidak bisa dipisahkan dengan industri smelter. Dari hitungan-hitungan ekonomi, hampir dipastikan, pemegang IUP tidak mampu bangun smelter. Karena, permasalahan smelter bukan hanya soal smelternya, namun juga energy supply yang sangat besar.

Baca Juga: Berikut sektor saham IPO yang layak dipertimbangkan pada 2021

Beside, UU Minerba menyebutkan operator smelter tidak berkewajiban menginformasikan komposisi mineral konsentratnya pada pemegang IUP. Dan, ada hal-hal strategis yang pemerintah harus pahami, yaitu sol unsur-unsur tanah jarang (rare earth materials: Re, Ta, Ti, Mo, V, Ba, Ce, dll) yang amat sangat strategis bagi industri elektronik dan metalurgi. Unsur tanah jarang sebagai unsur-unsur pengikut dengan kelimpahan yang kecil karena proses geologi. Ini milik negara bukan milik pemegang IUP,” katanya.

Operator smelter harus terpisah dengan pemegang IUP. Bagas mengusulkan, dengan kompleksitas yang tinggi tersebut, pemerintah membentuk BUMN Smelter sebagai operator industri smelter, yang sifatnya harus profit center bukan cost center.

“Kita punya tambang Ni besar di Kendari dan Halmahera yang mineralnya berbentuk (Ni, Fe)2O3 spinel. Akankah kita hambur-hamburkan menjadi battery mobil listrik?” tutupnya. (Willy Widianto)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Pengamat : Jadi Penghasil Nikel, RI Jangan Fokus Urus Mobil Listrik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×