kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.482.000   11.000   0,75%
  • USD/IDR 15.490   -65,00   -0,42%
  • IDX 7.496   -47,74   -0,63%
  • KOMPAS100 1.161   -10,37   -0,89%
  • LQ45 930   -7,66   -0,82%
  • ISSI 225   -1,75   -0,77%
  • IDX30 479   -4,07   -0,84%
  • IDXHIDIV20 576   -4,59   -0,79%
  • IDX80 132   -1,10   -0,82%
  • IDXV30 142   -0,97   -0,68%
  • IDXQ30 160   -1,14   -0,70%

Kearney Soroti Peran Investasi Makro dalam Upaya Net Zero 2060 Indonesia


Jumat, 13 September 2024 / 19:34 WIB
Kearney Soroti Peran Investasi Makro dalam Upaya Net Zero 2060 Indonesia
ILUSTRASI. Ilustrasi net zero emission.


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kearney, perusahaan konsultan manajemen global, merilis laporan terbaru berjudul Indonesia’s Pathway to Net Zero 2060. Laporan ini membahas tantangan dan strategi Indonesia untuk mencapai emisi nol bersih pada 2060, dengan penekanan pada investasi makro strategis.

Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan, sebagai salah satu penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia. 

Kearney menyoroti perlunya investasi sebesar US$ 2,4 triliun antara 2022 dan 2060 di sektor-sektor kunci seperti energi, transportasi, pengelolaan sampah, dan teknologi ramah lingkungan.

Baca Juga: Beralih ke Pendanaan Hijau, ADRO Lepas Aset Batubara Termal Senilai US$ 2,63 Miliar

Investasi tahunan rata-rata sebesar US$ 62 miliar dianggap penting untuk mencapai target iklim Indonesia. Shirley Santoso, Presiden Direktur Kearney Indonesia, menjelaskan bahwa investasi makro adalah kunci untuk pertumbuhan inovasi dan ekonomi berkelanjutan. 

"Dengan menargetkan sektor-sektor yang berdampak tinggi, kita dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan produktivitas, dan mendorong inovasi yang mendukung keberlanjutan global," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (13/9).

Laporan Kearney mengidentifikasi beberapa area investasi penting:

1. Energi Terbarukan: Peralihan dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan memerlukan investasi besar dalam infrastruktur dan teknologi. Saat ini, hanya 15% kapasitas listrik Indonesia berasal dari energi baru dan terbarukan.

Baca Juga: IISF 2024: Bank Mandiri Berkomitmen Mewujudkan Ekonomi Rendah Karbon

2. Transportasi Berkelanjutan: Investasi diperlukan untuk kendaraan listrik, biofuel, dan infrastruktur transportasi umum, termasuk perbaikan jangkauan, keandalan, dan integrasi sistem tarif.

3. Pengelolaan Sampah: Meningkatkan infrastruktur pengelolaan sampah dan daur ulang serta mengurangi emisi metana adalah kunci, mengingat saat ini hanya 10% sampah di Indonesia yang didaur ulang.

4. Teknologi Ramah Lingkungan: Investasi dalam teknologi seperti hidrogen, carbon capture and storage (CCS), dan praktik pertanian berkelanjutan diperlukan untuk dekarbonisasi jangka panjang.

Baca Juga: PGEO Perkenalkan Pengembangan Energi Panas Bumi Indonesia di IISF 2024

Som Panda, Principal di Kearney Indonesia, menambahkan bahwa investasi dalam teknologi ramah lingkungan seperti hidrogen dan CCS dapat memposisikan Indonesia sebagai pemimpin global dalam inovasi berkelanjutan dan ekonomi hijau.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES)

[X]
×