kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kebijakan penghentian ekspor sapi hanya menganggu importir


Jumat, 03 Juni 2011 / 19:30 WIB
Kebijakan penghentian ekspor sapi hanya menganggu importir
ILUSTRASI. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya (kanan) bersama Sekjen Kemen LHK Bambang Hendroyono (kiri) mengikuti Rapat Kerja dengan Komite II DPD di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (17/2/2020). Rapat dengan DPD tersebut membahas pr


Reporter: Dani Prasetya | Editor: Edy Can


JAKARTA. Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) menilai penghentian ekspor sapi bakalan oleh Australia hanya berimbas negatif pada importir. Dampak penghentian ekspor itu juga tidak berimbas ke peternak.

Karena itu, Sekretaris Jenderal APPSI Ngadiran mengatakan, kebijakan Australia itu tidak perlu ditanggapi berlebihan. Sebaliknya, dia malah bersyukur pemerintah Australia menghentikan ekspor sapi bakalan ke Indonesia meski alasannya berlebihan. "Hikmahnya, dengan distop (ekspor sapi oleh Australia) peternak dalam negeri dapat mengembangkan sapi lokal dengan lebih cepat," katanya, Jumat (3/6).

Seperti diketahui, pemerintah Australia berencana menghentikan pasokan sapi bakalan ke Indonesia. Alasan penghentian itu lantaran sejumlah rumah potong hewan (RPH) di Indonesia tidak melakukan prosedur pemotongan sapi sesuai standar.

Ngadiran pun meminta pemerintah memanfaatkan momen penghentian ekspor sapi bakalan oleh Australia itu sebagai alat menjalankan upaya swasembada daging sapi. "Ini bisa jadi momen penting untuk swasembada daging sebenarnya," ujarnya.

Hanya saja, dia mengakui melepas ketergantungan Indonesia terhadap pasokan sapi bakalan dari luar negeri itu sulit. Apalagi, lanjut dia, untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri pemerintah cukup banyak mengandalkan pasokan impor. Australia saja setidaknya memberikan kontribusi pada kebutuhan dalam negeri mencapai 30%. "Jadi memang cukup signifikan juga pengaruhnya," kata dia.

Upaya swasembada daging sapi itu, menurut Ngadiran, dapat diawali dengan memberikan insentif pada peternak lokal. Selama ini peternak lokal kesulitan dalam pengadaan pakan, bibit, dan tempat menaruh sapi. Memang pemerintah pun tengah menggalakkan intensifikasi pembibitan sapi yang diperkirakan mendapat kucuran anggaran sebesar Rp1,8 triliun.

Namun, Ngadiran tidak yakin program tersebut berjalan dengan baik tanpa pemetaan peternak. "Sudah ada kejadian kalau dana itu disalahgunakan. Sapi sudah dijual, tapi tetap dapat alokasi untuk program itu," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×