kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kebutuhan Batubara Diramal Masih Naik di 2024


Senin, 01 Januari 2024 / 12:17 WIB
Kebutuhan Batubara Diramal Masih Naik di 2024
ILUSTRASI. Pemerintah memasang target produksi batubara menjadi lebih tinggi di 2024.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebutuhan batubara sebagai sumber energi masih dominan baik itu di Indonesia maupun dunia. Setelah mengalami kenaikan produksi di tahun ini, pemerintah memasang target produksi batubara menjadi lebih tinggi di 2024. 

Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara Irwandy Arif menyatakan, saat ini ketergantungan Indonesia terhadap energi fosil masih sangat tinggi. Pada bauran energi primer per-Agustus 2023, porsi batubara masih 38,8%. 

“Secara produksi tren-nya meningkat. Pada 2023 produksi batubara mencapai 695 juta ton dan tahun 2024 produksi batubara ditargetkan 710 juta ton di mana kebutuhan dalam negeri 220 juta,” kata Irvandy, Selasa (19/12). 

Baca Juga: United Tractors (UNTR) Optimistis Kinerja Operasi Pamapersada Naik 5% pada Tahun 2024

Melansir data MODI ESDM, produksi batubara di tahun ini merupakan yang tertinggi dibandingkan 9 tahun belakangan. Sampai dengan Desember 2023 produksi sudah mencapai 751 juta ton atau 108,28% dari persentase target produksi tahun 2023 sebesar 695 juta ton. 

Adapun realisasi untuk penjualan ke domestik sebesar 324,14 juta ton dan realisasi ekspor 381,84 juta ton. Sampai Desember 2023 prosentasi Domestic Market Obligation (DMO) baru tercapai 40,19%. Realisasinya baru 71,06 juta ton dari rencana DMO sebesar 176,80 juta ton. 

Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi Mineral dan Batubara (Aspebindo), Anggawira menyatakan di tahun ini permintaan batubara dari luar negeri cenderung menurun karena musim dingin tidak terlalu dingin. 

“Namun dari sisi RKAB memang kita naik karena pemakaian domestik cenderung ada kenaikan,” kata Anggawira. 

Baca Juga: Harga Batubara & Gas Alam Jeblok, Harga Minyak Ditopang Konflik Geopolitik di 2023

Menurut dia, konsumsi batubara sangat dinamis karena menyangkut berbagai situasi geopolitk. Tetapi dia memperkirakan ekonomi akan membaik di tahun ini sehingga konsumsi dan harga batubara akan sedikit tumbuh. 

“Tetapi mungkin harganya tidak terlalu melonjak seperti waktu Covid-19 karena China sudah melakukan stok yang cukup besar. Dia melakukan buffering stock strategy kalau tidak salah hampir 500 juta ton,” imbuhnya. 

Strategi yang dilakukan China ini dilakukan supaya harga energi di negaranya tidak begitu sensitif jika harga batubara naik. Nantinya stok batubara ini akan dikeluarkan untuk industrinya saat memerlukan. 

Anggawira melihat, selain ekspor batubara ke China, pasar lain yang cukup prospektif untuk dijajaki ialah ke Bangladesh dan India. “Industri di India dan Banglades saya rasa bisa jadi next market tetapi perlu dukungan solusi finansial di sana,” tandasnya. 

Baca Juga: Dibutuhkan Saat Transisi Energi, Proyek Gasifikasi Batubara Diharapkan Tetap Digarap

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia menyebut, proyeksi industri batubara di tahun depan dari sisi permintaan ekspor masih cukup bagus. Permintaan untuk konsumsi domestik juga menguat.

“Di sisi lain pasokan (supply) juga tinggi, sehingga diperkirakan pasar global batubara termal dalam kondisi oversupply. Dalam kondisi tersebut harga akan tertekan. Diperkirakan tahun 2024 harga akan melandai,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (27/12).  

Hendra menjelaskan lebih lanjut, menurut banyak proyeksi harga batubara di 2024 kurang lebih seperti di level harga September-November 2023. Pada periode tersebut, rerata Harga Batubara Acuan (HBA) di US$ 131 per metrik ton. 

“Tentu dari perspektif pelaku usaha diharapkan harga batubara bisa lebih tinggi,” imbuhnya. 

Baca Juga: Harga Minyak Memanas Tersulut Konflik di Laut Merah

Maka itu, lanjut Hendra, prospek bisnis batubara di tahun depan akan sangat tergantung pada harga komoditas dan biaya operasional tambang. Menurutnya di saat harga terus melandai, biaya produksi tambang batubara terus meningkat. Setiap tahunnya tambang akan semakin dalam sehingga stripping ratio makin besar dan konsekuensinya biaya penambangan meningkat. Selain itu, harga bahan bakar juga makin mahal. 

Tidak hanya itu, biaya pertambangan juga terdampak dari regulas seperti penerapan kewajiban Devisa Hasil Ekspor (DHE) dan nanti penerapan skema Mitra Instansi Pengelola (MIP). 

“Sebagai informasi, di 2022 tarif royalti diberlakukan bagi pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang tarifnya jauh lebih tinggi dengan tarif sebelumnya. Juga bagi pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus-Operasi Produksi (IUPK-OP) tarif royalti sangat tinggi,” pungkas dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×