Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) memproyeksikan ada penurunan kebutuhan batubara pada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang baru untuk periode 2020-2029.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini menjelaskan, realisasi pasokan batubara PLN pada tahun 2019 lalu mencapai 97,72 juta ton. Adanya pandemi covid-19 telah menurunkan permintaan atau demand kelistrikan. Hal itu berdampak terhadap kebutuhan energi primer yang diproyeksikan bakal ikut merosot.
Dalam RUPTL periode 2019-2028 yang berlaku saat ini, kebutuhan batubara tahun ini ditargetkan sebesar 109 juta ton dan akan terus meningkat hingga 10 tahun ke depan.
Pada tahun depan, misalnya, kebutuhan diproyeksikan naik menjadi 121 juta ton dan kembali meningkat menjadi 129 juta ton pada tahun 2022. Puncaknya pada tahun 2028 kebutuhan batubara diperkirakan bakal menyentuh 153 juta ton.
Baca Juga: PLN: BPP naik, beban subsidi bisa bertambah Rp 10,7 triliun per tahun
Namun dengan memperhitungkan dalam covid-19 terhadap proyeksi permintaan kelistrikan, kebutuhan batubara pun diproyeksi bakal lebih mini, yakni menjadi 141,42 juta ton pada 2028. Proyeksi itu bakal tercantum dalam RUPTL baru periode 2020-2029.
"Dengan kondisi Covid-19, kami perkirakan agak sedikit penurunan di tahun 2028 dari 153 juta ton, dengan RUPTL 2020-2029, sedikit menurun menjadi 141,42 juta ton. Terjadi penurunan lebih kurang 10 juta ton," terang Zulkifli dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR RI yang digelar Selasa (25/8).
Zulkifli memang tidak menjelaskan lebih detail terkait dengan penyusunan maupun proyeksi di RUPTL 2020-2029. Yang jelas, merujuk pada pemberitaan Kontan.co.id, hingga pekan lalu PLN masih menyusun RUPTL baru dengan menghitung proyeksi kebutuhan listrik dalam 10 tahun ke depan.
Vice President Public Relations PLN, Arsyadany Ghana Akmalaputri, mengatakan, pihaknya masih melakukan koordinasi dengan berbagai stakeholders di lintas sektor untuk memetakan proyeksi kebutuhan (demand) dan pasokan (supply) listrik yang diperlukan.
Pemetaan supply dan demand tersebut juga melibatkan potensi konsumsi listrik dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Industri (KI), smelter, destinasi wisata prioritas, konsumsi dari penggunaan kendaraan bermotor listrik serta sektor potensial lainnya.
"Saat ini masih proses pembahasan dan belum selesai. Masih koordinasi permintaan kebutuhan tenaga listrik untuk semua sektor, (memetakan proyeksi) supply dan demand," kata Arsyadany saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (19/8).
Baca Juga: Jaga pasokan, begini strategi PLN untuk akuisisi tambang batubara
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News