Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN (Persero) bakal masuk ke sektor hulu energi primer batubara dengan melakukan akuisisi tambang. Hal itu menjadi strategi PLN dalam menjaga ketersediaan dan pasokan batubara yang menjadi sumber energi primer paling dominan bagi pembangkit listrik.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini memaparkan, dengan adanya megaproyek 35.000 Megawatt (MW) yang sebagian besar adalah pembangkit berbahan bakar batubara, maka kebutuhan emas hitam itu akan meningkat setiap tahun.
Zulkifli memberikan gambaran, realisasi pasokan batubara PLN tahun 2019 lalu sebesar 97,72 juta metrik ton (MT). Merujuk pada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) periode 2019-2028, jumlah itu akan meningkat menjadi 152,63 juta metrik ton (MT) pada tahun 2028.
Baca Juga: Dirut PLN: Akibat Covid-19, penerimaan listrik anjlok Rp 3 triliun per bulan
Sedangkan dari komposisi pembangkitan berdasarkan RUPTL 2019-2028 itu, total Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) akan mencapai sekitar 27 Gigawatt (GW) atau 48% dari total pembangkitan listrik nasional.
Adapun, masa produksi pembangkit listrik khususnya PLTU bisa mencapai 30 tahun-40 tahun. Apalagi harga batubara masih fluktuatif sehingga mempengaruhi dalam penentuan biaya pokok produksi (BPP) listrik untuk biaya pokok pemakaian batubara.
"Sehingga perlu dipastikan ketersediaan batubara selama PLTU Beroperasi," terang Zulkifli dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR RI,Selasa (25/8). Nah, salah satu agenda yang disiapkan adalah pemaparan progres PLN yang masuk ke sektor hulu energi primer batubara sejak 2016 dan proyeksi pengembangannya sampai 2024.
Zulkifli melanjutkan, untuk memastikan ketersediaan batubara dalam memenuhi kebutuhan PLTU dengan harga terjangkau, jumlah memadai dan kontinuitas yang terjaga, PLN pun menjalankan strategi akuisisi tambang.
"Salah satunya dengan cara memiliki tambang dengan prosentase tertentu, sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan," sebut Zulkifli.
Baca Juga: Baru dibayar Rp 7 triliun, PLN tagih pemerintah lunasi sisa utang kompensasi
Ada tiga program akuisisi yang dijalankan PLN. Pertama, program akuisisi tambang untuk penyediaan batubara PLTU Mulut Tambang (MT). Zulkifli menyebut, program ini sudah berjalan di PLTU MT Jambi-1 berkapasitas 2 x 300 MW.
Lebih lanjut, sebagian saham tambang dimiliki oleh PLN Group dan saat ini telah berproduksi sebanyak 2,3 juta MT.
Program serupa juga dijalankan untuk menopang PLTU MT Kalselteng-3 (2 x 100 MW). Sebagian saham tambang dimiliki oleh PLN Group dan saat ini dalam tahap pembebasan dan sertifikasi lahan.
Baca Juga: Begini strategi PLN untuk kerek pendapatan capai Rp 391,6 triliun di tahun 2021
Kedua, program akuisisi tambang berikut infrastruktur pendukung untuk security of supply dan efisiensi biaya penyediaan batubara. Program ini sudah berjalan di Sumatra Selatan, yang mana PLN Group memiliki sebagian saham tambang. "Saat ini telah berproduksi sebesar 700.000 MT," ujar Zulkifli.
Akuisisi serupa juga dilakukan [ada PLTU Meulaboh 3-4 (2x200 MW). Zulkifli bilang, saat ini sedang dalam tahap kajian oleh pihak independen untuk valuasi tambang.
Ketiga, program kerjasama tambang untuk pemanfaatan batubara lokal yang dekat dengan PLTU. Program ini dikerjakan di PLTU Nagan Raya 1-2. "Saat ini dalam tahap kajian oleh pihak ahli," pungkas Zulkifli.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News