kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.875   5,00   0,03%
  • IDX 7.314   118,54   1,65%
  • KOMPAS100 1.121   16,95   1,53%
  • LQ45 892   14,50   1,65%
  • ISSI 223   2,40   1,09%
  • IDX30 459   10,01   2,23%
  • IDXHIDIV20 553   13,38   2,48%
  • IDX80 129   1,38   1,09%
  • IDXV30 137   2,73   2,03%
  • IDXQ30 152   3,22   2,16%

Kebutuhan garam industri yang meningkat jadi alasan Indonesia belum swasembada garam


Kamis, 11 Maret 2021 / 16:38 WIB
Kebutuhan garam industri yang meningkat jadi alasan Indonesia belum swasembada garam
ILUSTRASI. Petani memanen garam. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/wsj.


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Maritim dan Investasi Safri Burhanuddin mengatakan bahwa adanya peningkatan kebutuhan garam, khususnya garam industri, menjadi salah satu alasan mengapa Indonesia belum bisa mencapai swasembada garam.

Dia mengatakan, berdasarkan laporan Kementerian Perindustrian, investasi industri yang menggunakan bahan baku garam semakin meningkat. Produksi yang terus bertambah tersebut berdampak pula pada kebutuhan garam meningkat. Dia mengatakan, bila beberapa tahun lalu kebutuhan garam industri sekitar 2 juta ton, kebutuhan garam industri saat ini sudah lebih dari 3 juta ton hingga 4 juta ton.

"Artinya ada kebutuhan industri yang tidak bisa dihindari kalau kita ingin industri kita berkembang. Kalau kita berbicara garam industri, kita tidak bisa katakan swasembada, tetapi kalau [garam] konsumsi, itu tidak ada masalah," ujar Safri dalam konferensi pers, Rabu (10/3).

Dia juga mengatakan, Indonesia menghadapi kendala dalam memenuhi seluruh kebutuhan industri ini karena keterbatasan lahan hingga iklim yang fluktuatif.

Dia pun meminta agar masyarakat membedakan lahan garam Indonesia dengan negara lain seperti di Australia dan India. Menurutnya, negara tersebut bisa memproduksi garam dalam jumlah besar lantaran perbedaan iklim, dimana musim panasnya lebih panjang dibandingkan Indonesia.

Baca Juga: Upaya KKP untuk tingkatkan kualitas garam petambak

"Jadi mereka 1 ha bisa menghasilkan 300, 400 sampai 500 ton, kita maksimum 200 ton. Jadi sangat berbeda, produksinya pun sangat berbeda," katanya.

Meski begitu, dia juga menyebut bahwa garam di Indonesia sudah mulai memberikan keuntungan melihat sudah banyak pengusaha yang membuka lahan garam di Indonesia.

Adapun berdasarkan data yang diolah dari berbagai Kementerian, Safri menyebut bahwa tahun ini kebutuhan garam Indonesia sebanyak 4,67 juta ton, produksi sebesar 2,1 juta ton dan alokasi impor garam sebanyak 3,07 juta ton.

"Kenapa impornya lebih banyak? Itu karena mereka impor bukan untuk kebutuhan tahun berjalan, tetapi mereka menganggap ada sebagian untuk tahun yang akan datang, jadi itu dimasukkan. Karena mereka akan menjaga kestabilan stok garam khususnya garam industri," ujarnya.

Adapun perkiraan kebutuhan garam impor tahun ini yakni untuk aneka pangan sebesar 612.000 ton, CAP 2,42 juta ton, Farmasi dan Kosmetik 5.501 ton, pertambangan dan pengeboran minyak sebeasar 34.000 ton.

Selanjutnya: Tekan impor, ini empat program utama Kementerian Perindustrian

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×