kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kebutuhan Pupuk Tinggi, Saraswanti Anugerah Makmur (SAMF) Yakin Raih Target Kinerja


Senin, 29 Mei 2023 / 18:28 WIB
Kebutuhan Pupuk Tinggi, Saraswanti Anugerah Makmur (SAMF) Yakin Raih Target Kinerja
ILUSTRASI. Pabrik pupuk PT Saraswanti Anugerah Makmur Tbk (SAMF).


Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten produsen pupuk non subsidi, PT Saraswanti Anugerah Makmur Tbk (SAMF) yakin mampu meraih kinerja yang lebih baik pada 2023. Hal ini didasari oleh tingginya kebutuhan pupuk di Indonesia.

Direktur Utama Saraswanti Anugerah Makmur Yahya Taufik mengatakan, pihaknya menargetkan mampu meraih kenaikan penjualan sekitar 20% atau menjadi Rp 4,42 triliun pada 2023. Di tahun ini pula SAMF memproyeksikan dapat meraih laba bersih sebesar Rp 425 miliar atau lebih tinggi sekitar 23% dibandingkan tahun sebelumnya.

Kinerja SAMF tampak sudah berada dalam jalan yang benar. Sebab, per kuartal I-2023, penjualan emiten ini melesat 82% year on year (YoY) menjadi Rp 1,53 triliun. Laba bersih mereka juga melonjak 84% YoY menjadi Rp 145,64 miliar.

Yahya pun optimistis penjualan SAMF bisa mencapai kisaran Rp 2,5 triliun sampai Rp 2,8 triliun pada akhir semester pertama nanti. 

Baca Juga: Saraswanti Anugerah Makmur (SAMF) Genjot Kemampuan Produksi Pupuk

“Pada semester kedua kemungkinan penjualan kami agak berkurang karena harga bahan baku turun dan harga NPK juga demikian. Tapi, kami sangat optimis target penjualan tetap bisa tercapai,” ungkap dia dalam paparan publik, Senin (29/5).

Salah satu faktor pendukung kelangsungan bisnis SAMF adalah tingginya kebutuhan pupuk di dalam negeri. Berdasarkan data perusahaan, kebutuhan pupuk non subsidi nasional mencapai 20,14 juta ton pada 2022, atau lebih tinggi dari tahun 2021 yakni sebesar 19,56 juta ton. Kebutuhan pupuk non subsidi diprediksi akan kembali meningkat pada tahun-tahun mendatang.

Di sisi lain, kapasitas produksi pupuk SAMF kini sekitar 700.000 ton. Dengan kapasitas sebesar itu, SAMF baru bisa memenuhi sekitar 5% kebutuhan pupuk non subsidi di Indonesia. Artinya, potensi pasar pupuk yang bisa digali oleh perusahaan ini masih sangat besar secara jangka panjang.

Manajemen SAMF berusaha memperkuat strateginya seperti menawarkan produk pupuk yang spesifik kepada para konsumennya. Dalam hal ini, produk pupuk SAMF benar-benar disesuaikan dengan jenis tanaman, kondisi tanah dan cuaca, hingga lokasi calon konsumen.

“Tiap tahun kami produksi tidak kurang 40 jenis komposisi pupuk, karena kami jual pupuk customized yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen,” terang Yahya.

Sejauh ini, penjualan pupuk SAMF ditujukan untuk konsumen di sektor perkebunan sawit yakni mencapai 97% dari total penjualan perusahaan. Dinamika pergerakan harga crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit lantas menjadi perhatian tersendiri bagi SAMF.

Harga CPO saat ini dinilai tidak lagi setinggi tahun sebelumnya. Kalaupun ada kenaikan harga, kemungkinan laju pertumbuhannya cenderung lebih terbatas.

Baca Juga: Kantongi Restu Pemegang Saham, Chemstar (CHEM) Bakal Ekspansi Pabrik

Menurut Yahya, penurunan harga CPO akan lebih terasa bagi para petani sawit. Sebab, mereka akan mengurangi konsumsi pupuk yang notabene memiliki kontribusi besar terhadap biaya produksi sawit.

Di sisi lain, para produsen sawit kalangan korporasi diyakini tidak akan mengurangi konsumsi pupuk kendati harga CPO sedang turun. Apalagi, perusahaan sawit di Indonesia sudah banyak yang mulai merambah ke industri hilir sawit, sehingga kebutuhan pupuk tetap tinggi.

“Kami juga rutin mengedukasi petani dan koperasi sawit untuk tetap mempertahankan konsumsi pupuk. Sebab, tanaman sawit sangat responsif dengan pemupukan,” pungkas Yahya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×