Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian fokus untuk mengembangkan program industri hijau. Upaya yang dilakukan melalui efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan bahan baku secara berkelanjutan pada proses produksi.
“Elemen pokok industri hijau juga guna menghadapi kesiapan Konvensi Stockholm terkait peningkatan daya saing,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemperin, Ngakan Timur Antara di Jakarta, Kamis (19/10).
Terkait langkah tersebut, pada tanggal 16-18 Oktober 2017, Kementerian Perindustrian melakukan kunjungan kerja ke Negeri Tirai Bambu, China. Delegasi Indonesia bertemu langsung dengan Direktur Jenderal Kerjasama Ekonomi Luar Negeri, Kementerian Perlindungan Lingkungan China beserta jajarannya dalam rangka membahas kemajuan implementasi Konvensi Stockholm, terutama terkait pengelolaan limbah elektronika serta proses daur ulangnya.
“Dalam pertemuan, kami saling bertukar informasi tentang bahan tahan api (flame retardant) alternatif untuk menggantikan polybrominated diphenyl ethers (PBDE) dan manajemen limbah elektronika (e-waste),” tuturnya.
PBDE merupakan senyawa kimia organik yang secara internasional telah dilarang penggunaannya di industri karena berpotensi sebagai bahan pencemar yang bersifat persistent di lingkungan atau Persistent Organic Pollutants (POPs) sesuai dalam Konvensi Stockholm tentang POPs yang ditandatangani 172 negara pada tahun 2001.
Pada tahun 2014, sebagai tindak lanjutnya, Kemenperin telah melakukan kegiatan penyusunan kajian bahan alternatif Perfluorosulfonate (PFOS) dan penyusunan pedoman pengelolaan PFOS. Selain itu, menyusun pedoman pengelolaan limbah elektronik untuk delapan komoditas, yaitu refrigeran, TV, AC, lampu LFL, laptop, mesin cuci, telepon dan baterai serta pedoman pengelolaan limbah plastik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News