Reporter: Asnil Bambani Amri |
JAKARTA. Bisnis pengolahan kakao ternyata semakin menggiurkan. Tak heran bila perusahaan sekelas PT Sarinah (Persero) yang sebelumnya lebih banyak bermain di industri minuman, tertarik masuk ke bisnis ini.
Tak tanggung-tanggung, Sarinah akan membangun pabrik pengolahan kakao. Menurut Jimmy Rifai Ghani, Presiden Direktur PT Sarinah, mereka juga sudah mendapat sokongan pendanaan dari perbankan. "Kami mendapat bantuan Bank Mandiri Rp 50 miliar dan dari Bank Exim Rp 20 miliar," ujarnya di Jakarta (9/6).
Rencananya, pembangunan pabrik tersebut akan berlangsung antara tahun 2011 atau 2012. Untuk memulai usahanya itu, Sarinah sudah mengantongi komitmen dari petani kakao di Sulawesi Selatan untuk memasok bijih kakaonya kepada Sarinah.
“Ada sekitar 5.000 ton kakao atau senilai sekitar Rp 120 miliar di lima desa di Sulawesi yang siap memasok ke kami,” jelas Jimmy.
Boleh jadi, masuknya Sarinah ke industri pengolahan kakao merupakan indikasi bertumbuhnya industri pengolahan kakao di tanah air. Hal ini merupakan imbas dari berlakunya kebijakan bea keluar (BK) ekspor bijih kakao. Soalnya, dengan BK kakao yang berlaku mulai 1 April 2010, industri pengolahan kakao memang diuntungkan karena bahan bakunya menjadi lebih kompetitif, karena tidak terkena BK 10%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News