Reporter: Dani Prasetya | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Kementerian Perdagangan siap mendekati negara-negara Afrika untuk diversifikasi pasar ekspor. Rencana tersebut sebagai upaya mengalihkan kemunduran kerjasama perdagangan akibat krisis finansial yang dialami Amerika Serikat dan Uni Eropa.
"Diversifikasi pasar ini untuk meminimalisasi dampak krisis ekonomi di AS dan Eropa," ujar Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar, pada jumpa pers rencana misi dagang, Selasa (6/9).
Apalagi, tren perdagangan selama periode Januari - Juli 2011 menunjukkan ada pergeseran tujuan ekspor Indonesia ke beberapa negara berkembang. Ekspor ke beberapa negara tersebut juga tumbuh pesat. Misalnya, Afrika Selatan tumbuh sebesar 100,6%, Iran 91,9%, Rusia 71,4% dan Mesir 47,9%. "Ekspor ke Afrika adalah solusi dan alternatif. Apalagi nilai perdagangan Indonesia dengan negara Afrika masih rendah dan sangat mungkin untuk ditingkatkan,” jelas Mahendra.
Secara umum, ekspor Indonesia ke kawasan Afrika meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2010, tercatat kinerja ekspor Indonesia ke Afrika mencapai US$ 3,5 miliar, atau naik 29,62% dari tahun sebelumnya sebesar US$2,7 miliar. Nilai ekspor selama periode Januari - Juli 2011 sudah tercatat sebesar US$ 3,6 miliar.
Berdasarkan data perdagangan, tercatat kinerja ekspor Indonesia ke komunitas negara di bagian selatan Afrika yaitu South Africa Development Community (SADC) pada 2010 menempati peringkat pertama dengan total ekspor sebesar US$ 1,1 miliar. Ekspor itu tumbuh 1,49% dalam lima tahun terakhir.
Selanjutnya, ekspor Indonesia ke Economic Community of West African States (ECOWAS) mencapai US$ 753 juta dengan tingkat pertumbuhan sebesar 3,37%. Terakhir, ekspor Indonesia menuju East African Community (EAC) tercatat sebesar US$ 389 juta, dengan tingkat pertumbuhan sebesar 22,8% dalam lima tahun terakhir.
Kata Mahendra, produk Indonesia yang potensial untuk dipasarkan di kawasan Afrika, seperti makanan minuman, garmen, alas kaki, produk elektronik, obat-obatan generik, peralatan rumah sakit, produk karet (ban), dan otomotif. Data perdagangan di ketiga wilayah Afrika yang masih berpotensi dikembangkan itulah yang menjadi alasan pemilihan pasar ekspor baru untuk mengantisipasi penurunan transaksi perdagangan dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Lanjut Mahendra, selain data kinerja ekspor, pemilihan negara tujuan ekspor baru melalui misi dagang itu juga didasarkan pada tingkat pertumbuhan perekonomian, ukuran pasar/jumlah penduduk, stabilitas keamanan/politik, dan daya beli konsumen.
Ketua Komite Afrika Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Mintardjo Halim yakin, apabila Indonesia berhasil menggarap pasar Afrika dengan baik, maka berpeluang meningkatkan nilai ekspor Indonesia sekitar dua hingga tiga kali lipat dari nilai yang diraih saat ini.
Selama ini, ekspor Indonesia menuju Afrika sebagian besar masih melalui negara ketiga seperti Uni Eropa dan Amerika Serikat. Akibatnya, potensi ekspor yang tergarap langsung masih relatif kecil. Mintardjo memperkirakan, apabila ekspor tidak langsung itu bisa diambil alih Indonesia maka nilainya mencapai dua kali lipat dari realisasi ekspor saat ini.
Pendekatan pasar ekspor baru di Afrika itu akan direalisasikan melalui misi dagang yang diawali dengan pertemuan bilateral dan forum bisnis dalam bentuk pertemuan satu persatu antara pengusaha Indonesia dan Afrika. Misi dagang yang akan dipimpin Menteri Perdagangan Marie Elka Pangestu itu akan dilakukan secara pararel di Afrika Selatan dan Angola pada 6-14 Desember 2011. Delegasi Indonesia terdiri dari unsur pemerintah, Kadin Indonesia, dan eksportir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News