kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemenperin gandeng BNPB dan asosiasi tekstil memproduksi 18 ribu APD per hari


Rabu, 22 April 2020 / 10:50 WIB
Kemenperin gandeng BNPB dan asosiasi tekstil memproduksi 18 ribu APD per hari
ILUSTRASI. Pekerja mengukur alat pelindung diri (APD) saat produksi di Antapani, Bandung, Jawa Barat, Minggu (12/4/2020). Beberapa pelaku usaha konveksi di Kota Bandung beralih produksi dari kaos distro menjadi APD akibat minimnya permintaan kaos distro dampak dari


Reporter: Amalia Fitri | Editor: Yudho Winarto

“Sample uji yang diterima BBT berupa kain maupun garmen APD dengan jenis bahan bervariasi, yakni mencakup bahan non-woven (nirtenun), woven (tenun), dan knitted (rajut), sebutnya," lanjutnya.

Pada awal Mei, industri dalam negeri diharapkan sudah dapat memproduksi 18 ribu unit APD per harinya. Jumlah tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan saat ini.

Selain memproduksi APD, industri tekstil saat ini juga sedang memproduksi masker. Terdapat 34 perusahaan industri tekstil yang saat ini memproduksi masker baik yang merupakan medical grade maupun yang berbahan kain (washable).

Baca Juga: Hellofit beri sumbangan APD senilai Rp 700 juta ke RSUP Dr Sardjito

Kemenperin berharap, sebanyak 50 juta masker dapat diproduksi per minggunya dengan rincian 20 juta masker berstandar medis dan 30 juta masker berbahan baku kain. Sehingga dalam satu bulan nantinya industri dapat memproduksi sebanyak 200 juta masker.

Tak hanya itu, sektor industri juga berupaya memproduksi ventilator yang dibutuhkan sebagai alat bantu pernafasan bagi para pasien. Saat ini, Kemenperin berkoordinasi dengan sedikitnya empat tim yang mengembangkan ventilator

Mereka berasal dari tim Universitas Indonesia (UI), tim Jogja yang merupakan kolaborasi antara Universitas Gadjah Mada (UGM), PT Yogya Presisi Teknikatama Industri, PT STECHOQ, dan PT Swadaya Prakarsa, kemudian tim Institut Teknologi Bandung (ITB), serta tim Institut Teknologi Sepuluh November (ITS).

Sebagian besar dari kelompok tersebut mengembangkan ventilator tipe low cost dan akan mulai masuk dalam tahap produski di bulan April. Sedangkan Tim Jogja sedang mengembangkan jenis hybrid yang akan mulai memproduksi pada Mei-Juni.

Agus mengungkapkan saat ini momentum yang tepat bagi Indonesia untuk membangun sektor industri alat kesehatan dan farmasi yang mampu memproduksi ventilator sehingga mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri.

"Presiden telah mendorong agar Indonesia dalam jangka menengah dan panjang harus menjadi negara yang mandiri di sektor kesehatan dan kemampuan memproduksi ventilator merupakan salah satu prasyaratnya," sambungnya.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×