Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menggelar business matching dan pameran Specialty Indonesia 2025. Melalui program ini, Kemenperin ingin mempromosikan produk-produk premium dengan menggunakan bahan baku lokal asal Indonesia.
Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza mengungkapkan industri makanan dan minuman (mamin) menjadi salah satu sektor strategis yang turut menopang perekonomian nasional. Pada periode Januari - April 2025, industri mamin mencatatkan ekspor senilai US$ 14,66 miliar, dengan nilai impor sebesar US$ 4,23 miliar.
Dengan demikian, sektor ini masih melanjutkan tren surplus neraca perdagangan dengan nilai mencapai US$ 10,43 miliar. Wamenperin menyoroti keanekaragaman sumber daya hayati Indonesia, yang menjadi modal penting untuk pengembangan industri mamin.
"Potensi ini terus dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun global. Khususnya melalui peningkatan nilai tambah industri pengolahan kopi, teh, kakao, buah dan susu," ungkap Faisol dalam sambutan pembukaan Specialty Indonesia 2025, Senin (4/8).
Baca Juga: Kemenperin Buka Suara Soal Badai PHK, Singgung Residu Kebijakan Relaksasi Impor
Faisol pun membeberkan kondisi dan potensi sejumlah produk yang dipromosikan dalam Specialty Indonesia 2025. Pertama, industri pengolahan kakao atau cokelat.
Berdasarkan data International Cocoa Organization (ICCO) pada tahun 2024, Indonesia menempati posisi keempat di dunia sebagai produsen produk olahan kakao dan posisi ketujuh sebagai produsen biji kakao.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) dan International Trade Statistics tahun 2024, nilai ekspor industri pengolahan kakao mencapai US$ 2,4 miliar dengan volume mencapai 304.000 ton, yang diekspor ke 110 negara. Termasuk Amerika Serikat (AS), India, China dan Malaysia.
Faisol membeberkan tiga program strategis untuk meningkatkan produktivitas di tingkat petani serta memperkuat pasokan bahan baku nasional.
Pertama, program "Cocoa Doctor" yang bekerjasama dengan PT Mars Symbioscience Indonesia untuk menggelar pelatihan yang berkelanjutan. Sejak 2024, program ini telah melatih 450 Cocoa Doctor dan menjangkau lebih dari 40.000 petani kakao di seluruh Indonesia.
Kedua, ekstensifikasi pemanfaatan lahan bekas tambang, perhutanan sosial dan hutan tanaman industri. Program ini menargetkan peningkatan produktivitas kakao dari 0,2 ton menjadi 1,5 ton per haktare per tahun, dan diproyeksikan dapat menambah produksi biji kakao hingga 450.000 ton dalam kurun 10 tahun.
Ketiga, program penumbuhan industri cokelat artisan, guna menciptakan harga yang lebih kompetitif di tingkat petani serta meningkatkan konsumsi cokelat dalam negeri. Jumlah perusahaan cokelat artisan meningkat dari 31 perusahaan pada 2023 menjadi 47 perusahaan pada tahun 2025.
Baca Juga: Menperin Ungkap Potensi Industri Olahraga di Tengah Tren Gaya Hidup Sehat
Wamenperin selanjutnya menyoroti industri kopi. Berdasarkan Laporan Economics of Coffee 2024, Indonesia menempati peringkat keempat produsen kopi dunia dengan kontribusi produksi sekitar 6,8%. Pada tahun 2024, ekspor kopi olahan nasional mencapai US$ 661 juta, meningkat sebesar 4,39% dibandingkan 2023.
Hingga saat ini, sebanyak 54 jenis kopi Indonesia telah memperoleh sertifikasi Indikasi Geografis (IG). Pada pameran “Specialty Coffee Expo 2025” di AS, kopi specialty dari berbagai daerah di Nusantara mencatatkan potensi transaksi US$ 30 juta.
Ketiga, industri teh. Berdasarkan data statistik perkebunan Kementerian Pertanian, produksi teh Indonesia tahun 2024 diperkirakan 124.041 ton dengan nilai ekspor mencapai 36.738 ton atau senilai US$ 59,24 juta. Menempatkan Indonesia sebagai eksportir teh terbesar ke-11 dunia dengan pangsa pasar global sekitar 1,3%.
Keempat, industri pengolahan buah. Pengembangan industri pengolahan buah Indonesia didukung oleh ketersediaan bahan baku hortikultura yang melimpah dan tersebar di berbagai wilayah. Volume ekspor produk olahan hortikultura mencapai 402.000 ton, dengan nilai ekspor sebesar US$ 510 juta.
"Untuk mendukung peningkatan nilai tambah dan daya saing industri pengolahan buah, Kemenperin terus menjalankan berbagai program strategis, antara lain restrukturisasi mesin dan peralatan produksi, bimbingan teknis teknologi pengolahan, serta penguatan kemitraan antara pelaku usaha di hulu dan hilir," terang Faisol.
Kelima, industri pengolahan susu. Ekspor industri pengolahan susu nasional mencapai US$ 233,5 juta pada tahun 2024. Meski begitu, industri pengolahan susu masih mengalami tantangan dalam pemenuhan bahan baku susu segar, baik dari sisi jumlah maupun kualitas.
Baca Juga: Kemenperin Gelar Industrial Festival 2025, Sasar Gen Z dan Milenial di Industri
Sejak tahun 2022, Kemenperin telah menjalankan program digitalisasi Tempat Penerimaan Susu di 96 titik. Program digitalisasi ini melibatkan sembilan koperasi dengan anggota lebih dari 25.000 orang peternak, dan mencatatkan produksi 680 ton susu per hari.
"Program ini meningkatkan kualitas bahan baku susu segar, serta berperan membangun sistem pengelolaan data yang transparan dan akurat sehingga menekan potensi kerugian sekaligus meningkatkan kesejahteraan peternak," ungkap Faisol.
Keenam, Industri Hasil Tembakau (IHT). Faisol menegaskan, industri ini merupakan sektor strategis yang memberikan kontribusi signifikan pada penerimaan negara, penyerapan tenaga kerja, serta kinerja ekspor. IHT telah menjalankan proses hilirisasi dengan rantai pasok terintegrasi hulu-hilir, dimana hampir seluruh produksinya menggunakan bahan baku dari dalam negeri.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dalam periode 2022 - 2025, nilai investasi sektor IHT mencapai Rp 5,2 triliun dengan penciptaan tenaga kerja langsung lebih dari 5.000 orang.
Ekspor produk IHT mencapai US$ 1,85 miliar pada tahun 2024, dengan negara tujuan ekspor utama: Filipina, AS, Kamboja, Singapura, dan Vietnam.
Ketujuh, Industri Minuman Mengandung Etil Alkohol (MMEA). Industri ini juga menjadi sektor berkontribusi besar terhadap cukai dan ekspor, dengan cukai mencapai Rp 8,86 triliun dan sebesar US$ 17,32 juta pada tahun 2024.
Sebagai upaya meningkatkan kualitas produk MMEA, Kemenperin telah mengeluarkan Permenperin Nomor 19 Tahun 2024 tentang Tata Cara Penerbitan Pertimbangan Teknis Impor Bahan Baku Minuman Beralkohol. Regulasi ini memberikan peluang impor bahan baku minuman beralkohol sebagai jaminan ketersediaan bahan baku dalam negeri, perluasan inovasi dan peningkatan kualitas produk MMEA Indonesia.
Di tingkat global, upaya promosi produk MMEA berorientasi ekspor juga terus dilakukan. Salah satunya melalui fasilitasi keikutsertaan dalam ajang SIAL Paris 2024, yang berhasil mencatatkan potensi transaksi ekspor sebesar US$ 620.000 dengan minat dari sejumlah negara seperti Taiwan, Jerman, Inggris, Prancis, dan Rusia.
Specialty Indonesia 2025
Pada kesempatan yang sama, Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika menyampaikan bahwa Specialty Indonesia 2025 akan diselenggarakan pada 4 Agustus - 8 Agustus 2025. Agenda ini akan berlangsung lima hari, yang berlokasi di Plaza Industri Gedung Kemenperin, Jakarta.
"Kegiatan ini merupakan upaya membuka peluang pengembangan usaha, peningkatan daya saing industri dalam negeri, serta memperkenalkan produk-produk specialty Indonesia kepada pasar-pasar alternatif yang belum dieksplorasi secara optimal," ungkap Putu.
Putu mencatat animo yang tinggi dari pelaku industri dan komunitas untuk mengikuti ajang ini. Selama periode pendaftaran pada 3 Juli - 18 Juli 2025, jumlah pendaftar exhibitor mencapai 105 perusahaan. Setelah proses kurasi, Kemenperin menampilkan 42 exhibitor.
Specialty Indonesia 2025 akan diisi dengan program business matching untuk mempertemukan pelaku usaha produk specialty dengan potential buyer. Agenda ini juga diisi oleh workshop dan kompetisi. Meliputi dari kompetisi olahan kakao (4 - 5 Agustus 2025), kompetisi olahan teh (6 Agustus) dan kompetisi olahan kopi (7 Agustus 2025).
Baca Juga: Ini 9 Sektor Industri yang Jadi Prioritas di Roadmap Dekarbonisasi Kemenperin
"Kegiatan ini merupakan komitmen kami melakukan substitusi impor, penguasaan pasar dalam negeri, pengembangan potensi ekspor serta mendorong perkembangan produk specialty, dengan cara mempertemukan pelaku usaha dengan potential buyer, serta menarik minat masyarakat melalui side events yang disesuaikan dengan selera konsumen," tandas Putu.
Selanjutnya: Tahapan Pengadaan PPPK Paruh Waktu 2025: Proses, Syarat, dan Prioritas
Menarik Dibaca: Apa Makna Bendera One Piece yang Viral Belakangan Ini?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News