Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai ekspor furnitur dan kerajinan mencapai US$ 2,8 miliar pada tahun 2022. Pemerintah berharap nilai ekspor furnitur dapat meningkat pada tahun-tahun berikutnya dan menuju target US$ 5 miliar di tahun 2024.
Dalam pembukaan Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2023 di Jakarta, Kamis (9/3), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, industri furnitur Indonesia memiliki pesaing kuat seperti Tiongkok dan Vietnam sehingga perlu terus meningkatkan daya saing dan produktivitasnya.
“Sky is the limit untuk industri ini yang merupakan penghasil devisa (bagi Indonesia),” kata Airlangga dalam siaran pers, Sabtu (11/3).
Menko Airlangga juga menyoroti tantangan yang masih dihadapi oleh industri furnitur, antara lain terkait ketersediaan bahan baku, inovasi desain produk, kreasi kesesuaian selera pasar, peningkatan kompetensi sumber daya manusia, serta pemanfaatan teknologi tepat guna terutama terkait kelestarian lingkungan.
Baca Juga: Produk Alat Rumah Tangga Indonesia Cetak Transaksi Rp 47,02 Miliar Saat Pameran di AS
Hambatan bahan baku menjadi masalah klasik yang harus diselesaikan karena itu dibutuhkan UMKM. "Sudah dirapatkan dengan Presiden juga bahwa sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK) ditanggung pemerintah, terutama untuk UMKM, dan anggarannya di KLHK. SVLK boleh saja (diterapkan), tapi jangan sampai membebani pengusaha,” papar Airlangga.
Untuk mencapai target ekspor US$ 5 miliar dua tahun lagi, Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, menyampaikan kebijakan dukungan Kementerian Perindustrian (Kemenperin), di antaranya jaminan pasokan bahan baku dan bahan penolong, peningkatan kemampuan teknologi dan kapasitas SDM, insentif perpajakan, pengembangan desain, serta fasilitasi keikutsertaan dalam pameran. Menghadapi tantangan dan kendala pada industri furnitur, subsektor tersebut harus memanfaatkan momentum pasar dalam negeri yang ekspansif sebagai peluang penguasaan pasar dalam negeri.
“Hal ini juga untuk mengurangi ketergantungan akan produk impor yang mencapai US$ 495,7 juta di tahun 2022,” ujar Agus.
Agus mengungkapkan, Kemenperin memiliki dua strategi dalam upaya meningkatkan daya saing industri furnitur di kancah internasional. Pertama, upaya pengalihan pasar ekspor terdampak resesi ke pasar domestik. Strategi ini dapat dilakukan secara efektif mengingat konsumen furnitur dalam negeri, terutama kelas menengah, terus bertambah seiring membaiknya industri properti dan bisnis hospitality.
Baca Juga: India dan Timur Tengah Menjadi Pasar Potensial Produk Furnitur Indonesia
Hal ini juga didukung dengan konsumsi belanja pemerintah melalui pemanfaatan produk dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sesuai dengan Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN). Ini memberikan kesempatan bagi pelaku industri furnitur dalam meningkatkan penguasaan pasar dalam negeri.
Kedua adalah perluasan tujuan ekspor ke pasar non-tradisional. Menurut Menperin, di saat pasar tujuan ekspor tradisional saat ini masih terganggu akibat resesi, pasar non-tradisional sangat potensial untuk dikelola, misalnya India dan kawasan Timur Tengah yang pertumbuhan sektor propertinya masih relatif stabil.
Selain itu, untuk mendukung penyediaan tenaga kerja terampil, Kemenperin mencetak sumber daya manusia (SDM) terbaik di industri furnitur melalui pendirian Politeknik Furnitur dan Pengolahan Kayu di Kendal, Jawa Tengah.
Sedangkan di lini teknologi, Kemenperin telah dan sedang melaksanakan program restrukturisasi mesin/peralatan industri pengolahan kayu, salah satunya untuk industri furnitur kayu. Output dari program ini adalah terfasilitasinya perusahaan dalam mendapatkan potongan harga berupa penggantian (reimburse) sebagian dari harga pembelian mesin dan/atau peralatan.
Pada tahun 2023, Kemenperin kembali mengadakan program tersebut untuk semakin meningkatkan produktivitas dan daya saing industri furnitur.
Baca Juga: Eksportir Furnitur Indonesia Membidik Pasar Baru, India dan Timur Tengah
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika menambahkan Direktorat Jenderal (Ditjen) Industri Agro gencar menjalankan program-program guna mendukung pengembangan industri furnitur.
Dalam hal pengembangan desain furnitur, Ditjen Industri Agro telah memfasilitasi program pengembangan konsep desain furnitur kolaborasi antara desainer furnitur dan pelaku industri. Para peserta program akrab menyebutnya sebagai Makers and Designer Connection (MadeCon). Kolaborasi tersebut menghasilkan karya desain furnitur yang tidak hanya mengikuti tren, namun juga sesuai dengan kemampuan produksi pelaku industri.
Dalam gelaran IFEX 2023, Ditjen Industri Agro berkesempatan mengisi satu booth yang menampilkan karya-karya kolaborasi tersebut. Pada tahun 2022, program tersebut mempertemukan desainer Eugenio Hendro yang berkolaborasi dengan CV. Dijawa Abadi, Felix Sidharta dengan CV. Decorus, Bayu Ramadhan dengan CV. Equator Jingga, Cynthia Margareth dengan PT. Kobeks, serta Hans Handoko dengan CV. Raisa House Indonesia.
Cynthia Margareth, salah satu desainer yang tergabung dalam MadeCon, menyampaikan hasil yang didapat dari keikutsertaannya dalam program kolaborasi ini. Salah satunya adalah mendapat pengalaman bekerja bersama para pelaku industri furnitur.
"Kadang desainer banyak di kantor atau bertemu klien atau travelling. Namun, di program ini, kami bisa ke pabrik langsung, bertemu pengrajin, melihat sudut pandang owner dan buyer. Jadi lebih ada pengetahuan baru, pembelajaran baru, sehingga hasil karyanya jadi one of time,” tutur Cynthia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News