kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kemenperin targetkan 753 perusahaan sektor IKTA


Selasa, 02 Mei 2017 / 20:52 WIB
Kemenperin targetkan 753 perusahaan sektor IKTA


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Kementerian Perindustrian menargetkan pertumbuhan populasi perusahaan sektor industri kimia, tekstil, dan aneka (IKTA) menjadi 753 perusahaan tahun ini. Langkah tersebut berdasarkan arah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019.

Sebagai informasi, populasi sektor industri kimia, tekstil, dan aneka (IKTA) mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun 2014 sekitar 473 perusahaan, menjadi 591 perusahaan pada tahun 2015. Kemudian pada tahun 2016 sebanyak 677 perusahaan. 

“Untuk sektor kimia kami harapkan bisa banyak perusahaan investasi di hulu sedangkan di tekstil kami lihat banyak yang di hilir. Supaya tidak impor lagi,” kata Dirjen IKTA Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono, Selasa (2/5).

Dari catatan KONTAN, baru ada dua yang berniat investasi di sektor hulu kimia yakni dari Lotte Chemical dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. Sedangkan untuk tekstil, Sigit menilai yang baru berinvestasi dari grup Indorama, serta Sateri serta Sritex.

Investasi ini diperlukan sesuai kemauan pemerintah telah menetapkan industri pengolahan non-migas menjadi salah satu sektor prioritas yang tengah dipacu pengembangannya sebagai penggerak pembangunan dan pemerataan ekonomi nasional. Pasalnya, selama ini kontribusi industri mampu membawa efek berganda terhadap penyerapan tenaga kerja, peningkatan nilai tambah, dan penerimaan devisa.

Dalam upaya merealisasikan target jumlah sektor IKTA tahun ini, Sigit menyebutkan, pihaknya terus memacu pengembangan industri pupuk dan petrokimia di Papua Barat (Bintuni). Juga Kemenperin memfasilitasi pembangunan pabrik petrokimia di Masela.

Selanjutnya, pembangunan industri berbasis gasifikasi batubara di Kalimantan Timur, Sumatera Selatan (Muara Enim), dan Lampung (Mesuji). Juga pembangunan industri turunan amonia berbasis gas di Sulawesi Tengah (Donggi Senoro), serta pembangunan pabrik bahan baku obat berbasis migas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×