Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung memberikan sinyal keberlanjutan program gas murah alias Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) pada tahun depan.
Yulit mengungkapkan, program HGBT saat ini masih dalam evaluasi dan dalam pembahasan antara internal kesediaan dan kebutuhan industri.
"Seharusnya memberikan kepastian kepada pelaku usahanya [HGBT] itu seharusnya berlanjut," kata Yuliot di Kementerian ESDM, Jumat (13/12).
Baca Juga: Industri Petrokimia Masih Tertekan Produk Impor
Yuliot menambahkan, untuk sektor industri yang menerima HGBT masih dalam evaluasi dan akan dilaporkan ke Presiden Prabowo Subianto terlebih dahulu. "Pak Menteri ESDM akan melakukan pembahasan dan juga lapor ke Presiden," sambungnya.
Seperti diketahui, program harga gas murah untuk industri ini bakal berakhir pada tahun 2024. Nah, saat ini, ada tujuh sektor industri yang menerima program HGBT. Masing-masing adalah industri pupuk, petrokimia, oleokimia, baja, keramik, kaca dan sarung tangan karet.
Ke tujuh sektor industri itu mendapatkan harga gas sebesar US$ 6 per million british thermal unit (MMBTU). Hal itu tercantum dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 121 Tahun 2020 tentang Penetapan Harga Gas Bumi.
Diberitakan Kontan sebelumnya, Plt Direktur Jenderal (Dirjen) Minyak dan Gas Bumi (Migas) Dadan Kusdiana memberi sinyal positif soal kelanjutan program harga gas bumi tertentu (HGBT) tahun 2025.
Baca Juga: Harga Gas Murah Berlanjut Tahun Depan, Ada Usulan Tambahan 15 Sektor Industri Baru
"Gas kalau secara jumlah dimanfaatkan paling tinggi untuk industri atau yang disebut dengan HGBT, sekarang kebijakannya sedang dikaji untuk dilanjutkan," kata Dadan dalam paparannya di acara Anugrah DEN 2024, di Jakarta, Selasa (10/12).
Adapun, gas sebagai bahan baku menurut Dadan memang harus diberikan insentif untuk meningkatkan daya saing produk akhir dari masing-masing industri.
"Sehingga kita bisa mendorong dari dua sisi, satu keekonomiannya semakin baik karena ada insentif dari sisi pemerintah terkait harga dan yang kedua dari sisi emisi juga berkurang," katanya.
Lebih lanjut, Dadan bilang saat ini pihaknya telah menerima tambahan 15 sub sektor industri baru sebagai penerima HGBT di tahun depan berdasarkan rekomendasi dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin).
Baca Juga: Tanpa Gembar-Gembor, Perusahaan Batubara Grup Harita Berhasil Gelar Hilirisasi
"Sekarang kita sudah nerima usulan tambahan 15 sub sektor (industri) dari Perindustrian," katanya.
Ia juga menekankan bahwa harga HGBT untuk tahun depan tidak akan berbeda jauh dengan HGBT tahun 2024 yang berkisar US$ 6 per MMBTU.
"Beberapa akan kita tahan sama, yang pasti kalau haknya untuk Kontrak Kerja Sama (KKS) kan kita jaga pasti (harganya)," ungkapnya.
Terkait pasokan gas, Dadan bilang 15 sektor industri tambahan ini berasal dari industri yang awalnya memang sudah menjadi pelanggan gas, sehingga pasokan tidak perlu dikhawatirkan.
"Kalau HGBT itu awalnya kan sudah menjadi pelanggan gas. Kalau ditanya ada gasnya, kan dia sudah jadi pelanggan jadi gasnya sudah pasti ada, tinggal disesuaikan dengan keekonomian saja," katanya.
Selanjutnya: Menghapus Warisan Kekuasaan: Pemandangan Baru Setelah Jatuhnya Bashar al-Assad
Menarik Dibaca: 5 Gaya Fotografi Kekinian yang Bisa Dicoba Saat Liburan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News