Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah berkomitmen untuk menjaga keberlanjutan dalam pemanfaatan energi. Di sektor ketenagalistrikan, pemerintah juga terus mendorong peningkatan pemanfaatan energi terbarukan, salah satunya melalui regulasi harga energi yang bersumber dari energi terbarukan.
"Salah satu prinsip yang diterapkan pemerintah dalam pengembangan energi adalah keberlanjutan atau sustainability," ungkap Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana dalam siaran pers di situs Kementerian ESDM, Selasa (28/10).
Rida menjelaskan, selain keberlanjutan, pemerintah memiliki prinsip 5K dalam pengembangan energi. Prinsip pertama adalah ketersediaan (availability) dan yang kedua adalah kualitas listrik itu sendiri.
"Kalau kelistrikan cukup tapi byarpet itu tidak bagus. Jadi pemerintah harus menjamin agar masyarakat menikmati listrik yang kualitasnya bagus," jelasnya.
Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) semakin gencar garap proyek energi terbarukan
Prinsip selanjutnya adalah keterjangkauan (affordability) yang berarti harga energi harus mampu dijangkau oleh semua elemen masyarakat. Sementara itu, prinsip 5K yang keempat adalah keberlanjutan (sustainability) dan yang terakhir adalah keadilan agar masyarakat di seluruh Indonesia bisa merasakan kualitas energi yang sama.
Untuk mempercepat transisi energi, dalam waktu dekat pemerintah akan mengeluarkan regulasi terkait tarif energi baru terbarukan (EBT).
"Kami akan mengeluarkan Peraturan Presiden untuk tarif EBT yang nantinya akan dibeli oleh PLN dan diharapkan akan meningkatkan pemanfaatan EBT di Indonesia," tandas Rida.
Lebih lanjut, Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Zulkifli Zaini mengatakan, untuk mendukung upaya pemerintah dalam transisi energi menuju energi terbarukan, PLN telah membuat tiga program yang bertujuan untuk mengakselerasi pengembangan EBT di Indonesia.
Program pertama berupa pengembangan EBT dalam rencana jangka panjang PLN yakni dengan kapasitas sebesar 5 gigawatt (GW) yang telah direncanakan pada RUPTL, sedangkan program yang kedua adalah Green Booster sebesar 3,5 GW.
Program Green Booster di dalamnya terdapat inovasi pengembangan EBT termasuk program cofiring, pengembangan solar PV di lahan bekas tambang, dan pemanfaatan bendungan eksisting milik Kementerian PUPR.
Selanjutnya, program yang ketiga adalah large scale renewable. Dalam hal ini, PLN akan mengembangkan pembangkit EBT berskala besar untuk meningkatkan ekonomi dengan menyiapkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) untuk kebutuhan industri.
Baca Juga: Pertamina RU IV Cilacap salurkan energi PLTS ke lingkungan sekitar
"Harapan kami, dengan berbagai inovasi yang dilakukan PLN dapat menginspirasi kita semua untuk berinovasi dan mencari alternatif pengembangan EBT dengan biaya semakin efisien serta memiliki keandalan yang baik," ungkap Zulkifli.
Selanjutnya: Pembiayaan Korporasi mulai cair, ini 6 BUMN yang menerima injeksi dari pemerintah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News