Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah akan mengkonversi pembangkit-pembangkit listrik berbasis fosil yang menghasilkan emisi tinggi dengan pembangkit berbasis Energi Baru dan Terbarukan (EBT).
Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan, konversi akan dilakukan pada Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang berusia lebih dari 15 tahun, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) yang lebih dari 20 tahun.
Baca Juga: Batalnya pencabutan subsidi listrik 900 VA-RTM berpotensi kerek beban dana kompensasi
Berdasarkan data yang diinventarisir PLN, tercatat ada 2.246 unit PLTD, 23 unit PLTU dan 46 PTGU yang direncanakan akan mengalami konversi.
"PLN sudah melakukan inventarisasi Pembangkit listrik diesel yang beroperasi lebih dari 15 tahun. Terdapat potensi lebih dari 2. 200 unit PLTD dengan total kapasitas sekitar 1,78 Gigawatt (GW) di 29 provinsi untuk diganti dengan pembangkit EBT," ungkap Arifin melalui keterangan tertulisnya, akhir pekan ini.
Selain mengkonversi PLTD tersebut, Pemerintah juga menginventarisir PLTU dan PLTGU yang telah beroperasi di atas 20 tahun untuk ditinjau ulang kemungkinan dikonversi dengan pembangkit EBT.
Adapun, sebaran PLTU yang telah berusia lebih dari 20 tahun tercatat sebanyak 23 PLTU tersebar di 7 Provinsi dengan total kapasitas terpasang sebesar 5.655 MW. Sedangkan untuk PLTGU, tercatat sebanyak 46 unit dengan total kapasitas terpasang sebesar 5.912,17 MW tersebar di 5 Provinsi.
Baca Juga: Investasi Energi Baru Terbarukan Butuh Dana US$ 18 Miliar
Menurut Arifin, pemanfaatan EBT saat ini sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi dan sudah menjadi program prioritas nasional. "Energi terbarukan tak bisa ditawar, menjadi prioritas sebagaimana target 23% dalam bauran energi nasional tahun 2025 dan untuk mengakselerasi investasi EBT, kami sedang memfinalisasi Peraturan Presiden terkait Harga Listrik Energi Terbarukan," ujar Arifin.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, potensi EBT Indonesia sangat besar yakni lebih dari 400 Giga Watt, namun pemanfaatannya masih 2,5%. Target tambahan kapasitas pembangkit listrik EBT hingga 2025 sebesar 17,4 Giga Watt dengan investasi sekitar US$ 41,2 miliar.
Nilai investasi tersebut terdiri dari PLT Panas Bumi sebesar US$ 17,45 miliar, PLT Air atau Mikrohidro senilai US$ 14,58 miliar, PLT Surya dan PLT Bayu senilai US$ 1,69 miliar, PLT Sampah senilai US$ 1,6 miliar, PLT Bioenergi senilai US$ 1,37 miliar dan PLT Hybird sebesar US$ 0,26 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News