kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemitraan industri dengan petani jadi solusi penyelamatan kakao dari kelangkaan


Jumat, 03 Desember 2021 / 14:04 WIB
Kemitraan industri dengan petani jadi solusi penyelamatan kakao dari kelangkaan
ILUSTRASI. Kemitraan industri dengan petani jadi solusi penyelamatan kakao dari kelangkaan


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

Sementara itu menurut Soetanto, saat ini terdapat dua jenis industri pengolah produk kakao di Indonesia, yaitu perusahaan besar atau reguler dan perusahaan artisan coklat atau artisant chocolate. 

“Untuk perusahaan besar atau reguler saat ini jumlahnya baru sedikit. Sedangkan untuk artisant chocolate ada sekitar 30 perusahaan,” ungkap Soetanto.

Menurut dia, perusahaan besar ini menyerap kakao petani dengan jumlah cukup besar namun hanya dihargai rata-rata Rp 30.000/kg. Berbeda dengan perusahaan coklat artisan yang bisa membeli hasil panen petani Rp 50.000/kg, namun jumlahnya sedikit.

Baca Juga: Upaya Badan Karantina Kementan mendongkrak ekspor tiga kali lipat pada 2024

Dia menambahkan, sekitar 30 perusahaan tersebut bisa menyerap rata-rata 600 ton-1000 ton biji kakao per tahun sedangkan produksi kakao ada sekitar 200.000 ton. 

Agar bisa mendapatkan penghasilan lebih, menurut Soetanto, para petani perlu meningkatkan produktivitas maupun produksi kakaonya. Sebab dengan meningkatnya produktivitas dan produksi kakao tersebut akan memberi peluang petani mendapatkan hasil penjualan kakao dengan harga lebih dari Rp 30.000/kilogram.

Terkait kemitraan antara industri dengan petani kakao, Soetanto menyebutkan dengan adanya keringan berupa penghapusan bea masuk impor sudah selayaknya perusahaan melakukan kemitraan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×