Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Karantina Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya mendorong kenaikan ekspor produk-produk pertanian hingga tiga kali lipat pada 2024 mendatang. Kementan berharap dengan kenaikan ekspor dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan menggerakkan perekonomian nasional.
Kepala Badan Karantina Kementan, Bambang, mengatakan, sangatlah penting meningkatkan pelayanan fasilitasi pertanian utamanya untuk ekspor. Ia mengatakan, untuk mencapai targetkan itu, Badan Karantina berupaya menggerakkan semua sumberdaya yang ada.
"Target tiga kali lipat ekspor ini untuk kebaikan kita semua karena pengaruh akselerasi ekspor ini berdampak pada perekonomian nasional, penyerapan tenaga kerja, kesejahteraan petani, sehingga wajib hukumnya semua pihak memberikan dukungan," ujar Bambang dalam webinar yang diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) dan Badan Karantina Pertanian, pada Sabtu (9/10), seperti dikutip dalam siaran pers Forwatan.
Dalam webinar bertemakan "Strategi Pembiayaan Ekspor Pertanian untuk Mendukung Gratieks" ini, Bambang mengatakan Kementan terus menggelorakan peningkatan ekspor sampai ke daerah. Ia mengatakan saat ini banyak petani di daerah menyadari hal ini dan turut bergerak menyukseskan gerakan ini.
Baca Juga: Instansi & formasi CPNS 2021 untuk lulusan SMA, pendaftaran ditutup hari ini (26/7)
Menurutnya, pada 2020, ekspor pertanian Indonesia telah menjangkau lebih dari 150 negara. Ia menambahkan, pihaknya juga mendorong petani memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang pada 2020 dialokasikan sebesar Rp 56 triliun dan pada 2021 ini dialokasikan sebesar Rp 71 triliun.
Sementara itu, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Direktorat Jenderal Perkebunan Kementan, Dedi Junaedi, menambahkan, terjadi pertumbuhan volume ekspor pertanian pada semester I 2021 sebesar 3,4% dan pertumbuhan nilai ekspor mencapai 44,8% secara nasional.
"Saat ini baik dari segi volume maupun dari segi nilainya, ekspor pertanian memang masih didominasi kelapa sawit, kemudian diikuti karet, kelapa, kakao, kopi dan komoditas lainnya," kata Dedi.
Dedi mengatakan, Ditjen Perkebunan telah menetapkan komoditas ekspor dalam tiga bagian. Pertama, komoditas utama (dari sisi volume) yakni kopi, kakao, kelapa, jambu mete, lada, pala, vanili, kayu manis, cengkeh, dan teh.
Kedua komoditas andalan yaitu, sawit dan karet. Ketiga komoditas pengembangan yaitu, nilam, sagu, stevia, pinang, lontar, sereh wangi dan beberapa komoditas lainnya.
Baca Juga: Pagu indikatif Kementan di 2022 sebesar Rp 14,51 triliun, ini rinciannya
"Stevia tanaman untuk pertama kali kita sudah ekspor dan ini peluangnya sangat besar karena hanya beberapa negara di dunia aja yang bisa menghasilkan stevia. Apalagi kita berada di garis Khatulistiwa," ujarnya.
Selain itu, potensi ekspor kopi mencapai Rp 73,79 triliun, sementara capaiannya hanya Rp 13,48 triliun. "Artinya ada kehilangan potensi ekspor sebanyak Rp 60,30 triliun. Karena itu perlu ada perbaikan, misalnya peremajaan, maka angka tiga kali lipat tidak sulit," ujarnya.