Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Kementerian Perindustrian konsisten untuk mendorong penumbuhan sektor manufaktur yang berbasis pada pengembangan wilayah atau klaster industri. Hal ini dapat memacu pemerataan ekonomi terutama di luar Jawa.
Ketika menjadi narasumber diskusi panel pada Rapim Polri tahun 2019, Menteri Perindustrian Perindustrian Airlangga Hartarto menjelaskan langkah pemerataan itu sesuai arahan Presiden Joko Widodo agar investasi industri tidak di Jawa terus, sehingga akan terciptanya Indonesia sentris.
Menperin juga menyampaikan, kawasan industri menjadi salah satu objek vital nasional yang perlu dapat pengamanan untuk menjaga keberlangsungan aktivitasnya. Oleh karena itu, Kemenperin dan Polri berkoordinasi dalam menciptakan sistem yang standar serta melakukan pembinaan dan pelatihan. Hingga tahun 2018, sudah ada 75 perusahaan dan 21 kawasan yang ditetapkan sebagai objek vital nasional sektor industri (OVNI).
“Upaya strategis itu sejalan dengan komitmen pemerintah saat ini dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif guna mendorong industri agar terus menambah investasi dan ekspansi. Kalau ini tercipta dengan baik, mendorong kesejahteraan masyarakat. Jadi, yang penting adalah orang bisa bekerja dan punya daya beli,” kata Airlangga dalam keterangan pers, Rabu (30/1).
Untuk menggenjot daya saing industri nasional di kencah global, Kemenperin telah menyiapkan peta jalan Making Indonesia 4.0. “Dalam World Economic Forum kemarin, disampaikan bahwa industri 4.0 tidak bisa dihindari. Itu menjadi perubahan peradaban, dari nondigital menjadi digitalisasi. Bahkan, dengan digitalisasi, globalisasi bisa dibangun dengan nuansa lokal, atau glokalisasi,” terangnya.
Selanjutnya, Kemenperin turut meningkatkan kompetensi tenaga kerja industri melalui pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan vokasi. “Salah satunya, kami terus meluncurkan program link and match antara SMK dengan industri. Tahun ini, setelah menjangkau Sulawesi Selatan, akan kembali digelar di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat dengan target melibatkan 2.600 SMK dan 750 industri,” ungkap Airlangga.
Menperin menjelaskan, pembangunan kawasan industri di luar Jawa difokuskan pada penumbuhan sektor manufaktur yang mampu meningkatkan nilai tambah bahan baku atau sumber daya alam setempat. Selain itu, adanya investasi di wilayah tersebut, penyerapan tenaga kerja dan penerimaan devisa dari ekspor cukup signifikan.
“Misalnya kawasan industri di Dumai, untuk pengolahan kelapa sawit. Ekspor CPO dari sana sangat besar, mendekati 20 juta ton per tahun. Kemudian, di Sei Mangkei dan Kuala Tanjung based-nya adalah industri aluminium. Di Aceh dan Bontang yang berbasis gas, menghasilkan produk turunan seperti pupuk. Sedangkan, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah berbasis smelter nikel,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News