Sumber: Kompas.com | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kemtan) akan mendorong peningkatan kerja sama dengan Arab Saudi. Kementan juga berupaya mendatangkan investasi pada sektor pertanian di saat momentum kehadiran Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud ke Indonesia.
“Kerja sama dengan Arab Saudi masih terus kami dorong. Kami coba upayakan ada investasi ke sektor peternakan, jagung dan rempah- rempah,” jelas Menteri Pertanian Andi Amran Sulaimandi Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Jumat (3/3).
Saat ini sedang dilakukan komunikasi antara kedua negara dengan membahas poin-poin yang dapat dilakukan kerja sama utamanya sektor pertanian. “Masih, bertahaplah,” ujarnya.
Amran berujar, kerja sama bidang pertanian Indonesia dengan Arab Saudi telah terjalin cukup lama melalui perdagangan produk pertanian Indonesia ke Arab Saudi.
Dari data Kementan, volume ekspor komoditas pertanian Indonesia tahun 2016 ke Arab Saudi sebanyak 291.000 ton. Ini mencakup tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan.
Untuk ekspor hortikultura yang telah tembus ke Arab Saudi adalah aneka cabai dan buah nanas. Untuk perkebunan mencakup kelapa sawit, kelapa, cengkeh, kakao dan beberapa komoditas lainnya.
"Dari sisi peternakan, ekspor ke Arab Saudi antara lain lemak, susu, mentega, kulit dan lainnya. Kedatangan Raja Salman, semoga membawa kerjasama ekonomi semakin meningkat dan saling menguntungkan," pungkas Amran.
Sekretaris Jenderal Kementan Hari Priyono mengatakan, saat ini ada kesepakatan perdagangan antara Indonesia dan Arab Saudi dalam bentuk komoditas rempah-rempah namun masih dalam skala yang kecil. “Itu salah satu yang coba kami dorong,” kata Hari.
Selain dalam bentuk rempah-rempah, pemerintah juga berupaya untuk mengadakan kerja sama dalam kegiatan ekspor dan impor beras.
Merujuk data BKPM, realisasi investasi Arab Saudi di Indonesia dari 2012 hingga 2016 mencapai US$ 34,5 juta. Sektor investasi yang digarap Arab Saudi di Indonesia adalah industri kimia dasar, barang kimia dan farmasi, hotel dan restoran senilai US$ 2,6 juta.
Selain itu, perdagangan dan reparasi US$ 2,4 juta, pertambangan US$ 300.000, perumahan dan kawasan industri serta perkantoran US$ 295.000, serta jasa dan lain-lain senilai US$ 119.000.
(Pramdia Arhando)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News