Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Meski belum resmi bekerja, untuk mengatasi ancaman krisis minyak dan gas (migas), Komite Eksplorasi Nasional (KEN) mengeluarkan enam program percepatan yang siap dijalankan untuk enam bulan pertama kinerja.
Utamanya, dari enam program itu, meningkatkan rasio cadangan migas pengganti alias Reserve Replacement Ratio (RRR) Indonesia menjadi 75%. Itu berarti, komite harus bisa mendapatkan RRR 25% karena rasio saat ini masih 50%. ’’Targetnya, menjadi 75 persen dalam lima tahun,’’ jelas Andang Bachtiar kepada KONTAN, Senin (25/5).
Untuk segi non teknis, KEN memasang target percepatan eksplorasi. Kalau sebelumnya, waktu eksplorasi sejak pemberian blok migas sampai proses eksplorasi mencapai 10 tahun, tidak boleh lagi terjadi. ’’Targetnya, jadi 3-5 tahun. Atau dua kali lebih cepat dari biasanya,’’ jelasnya.
Target yang bisa dibilang ambisius. Tetapi, Andang yakin semua itu bisa dipenuhi kalau enam langkah bisa berjalan dengan lancar. Langkah pertama yang dia rancang adalah merevisi aturan yang kontra produktif dengan upaya eksplorasi cadangan migas.
Misalnya, penyelesaian soal pajak migas yang belum terbayarkan. Lantas, merevisi Permen ESDM 27/2006 yang berkaitan dengan pengelolaan data dan pemanfaatan dari survei umum, survei eksplorasi, dan eksploitasi.
Aturan tersebut disebutnya menjadi penghambat temuan blok baru karena memperbolehkan para kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) menjaga kerahasiaan data-data eksplorasi.
Padahal, bisa saja di Wilayah Kerja (WK) Migas yang digarap KKKS ada lokasi potensial untuk ladang emas hitam baru. Dengan merevisi, tidak lagi ada rahasia soal potensi. ’’Itu harus diubah. Supaya bisa melihat potensi-potensi cadangan migas yang berada di dekat WK aktif,’’ jelasnya.
Cara kedua, berkaitan dengan ring-fencing policy yang mengatur pendapatan dan biaya kontraktor per WK. Nah, sistem pemagaran yang saat ini berbasis pada pengembangan lapangan menurutnya tidak tepat. Jadi, harus diganti dengan basis blok. ’’Kalau perlu, renegosiasi kontrak eksisting,’’ imbuhnya.
Langkah ketiga, merevisi kontrak migas non konvensional hidrokarbon seperti CBM dan Shale Gas. Semangatnya, menemukan cadangan jangka panjang lebih penting daripada mendapatkan ’’uang receh’’ dalam jangka pendek.
Keempat, mendorong pemerintah untuk melakukan penelitian terkait proyek migas non konvensional.
Kelima, membuat peringkat terhadap prospek migas untuk mempertajam prioritas eksplorasi. Tujuannya, mengubah potensi migas dari 56,2 BSTBO dan 193,4 TSCFG ke cadangan terbukti dalam waktu lima tahun mendatang.
Langkah keenam, menginisiasi kegiatan eksplorasi dan penelitian di blok-blok migas produksi yang didanai oleh pemerintah. ’’Hasilnya, terbuka untuk semua pemangku kepentingan,’’ tuturnya.
Untuk merealisasi target itu, Andang sedang membentuk tim yang kuat. Dia ingin di tim utama ada profesional yang berkompeten dan punya posisi strategis di pemerintahan, perusahaan, maupun politik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News