kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kenaikan Harga BBM Dinilai Dapat Menekan Pelaku Industri Serta Masyarakat


Jumat, 01 Juli 2022 / 19:06 WIB
Kenaikan Harga BBM Dinilai Dapat Menekan Pelaku Industri Serta Masyarakat
ILUSTRASI. Harga BBM non subsidi naik seiring kenaikan harga minyak dunia


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi diyakini tak hanya berdampak negatif terhadap para pelaku industri tertentu, melainkan juga masyarakat selaku konsumen akhir.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, kenaikan harga BBM pada dasarnya akan memukul berbagai sektor industri, bahkan industri perkebunan dan pertambangan yang sedang menikmati lonjakan harga komoditas juga bisa kena imbasnya.

Sebab, kendaraan-kendaraan niaga yang dipakai untuk industri tambang dan perkebunan kerap kali mengisi bahan bakarnya dengan Solar non subsidi yang mana harganya mengikuti dinamika harga minyak mentah global.

“Jadi walau harga komoditasnya meningkat, biaya operasional industri pertambangan dan perkebunan juga naik akibat kenaikan harga energi,” ungkap dia, Jumat (1/7).

Secara umum, para produsen yang terkena efek kenaikan harga energi sudah mengalami tekanan peningkatan biaya produksi sejak awal tahun 2022. Akan tetapi, para produsen tersebut masih cenderung menunggu momentum yang tepat atau sampai sebagian besar konsumen merasa siap menghadapi kenaikan harga produk.

Baca Juga: Data Pertamina, 60% Masyarakat yang Mengonsumsi BBM Subsidi Termasuk Kalangan Kaya

Alhasil, memasuki pertengahan tahun 2022, sejumlah produk Fast Moving Consumer Goods (FMCG) sudah mulai mengalami kenaikan harga sekitar 5%-7% di level ritel. yang tentu berdampak bagi konsumen akhir.

Pada akhirnya, para produsen tentu tidak bisa terus-terusan menahan harga. Ini mengingat tantangan bagi produsen bukan hanya dari kenaikan harga BBM atau energi, melainkan juga bahan baku dan biaya logistik.

Terkereknya sejumlah produk yang biasa ditemui sehari-hari bisa saja mempengaruhi level konsumsi rumah tangga masyarakat, baik kalangan atas maupun kalangan menengah ke bawah.

“Apalagi, di semester kedua tidak ada faktor musiman sebesar Ramadan dan Lebaran yang bisa menggerakkan konsumsi rumah tangga secara signifikan,” ungkap Bhima.

Baca Juga: PLN Terima Pembayaran Kompensasi Penyaluran Listrik Rp 26,4 Triliun

Ia melanjutkan, para pelaku industri perlu mengatur ulang strateginya terkait efisiensi produksi dan operasional untuk mengurangi dampak kenaikan harga BBM. Misalnya dengan menurunkan gross profit margin, namun volume penjualan tetap bisa meningkat.

Selain itu, pihak produsen juga bisa memodifikasi ukuran dan kemasan produk-produknya sehingga menekan biaya produksi, tetapi harganya tetap bisa terjangkau bagi konsumen akhir.

“Memang, setiap strategi bakal ada hal yang harus dikorbankan. Tapi perlu diingat juga bahwa tidak semua konsumen siap menghadapi kenaikan produk yang terjadi sekarang,” tandas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×