Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar kendaraan niaga nasional, khususnya truk, masih cukup menantang. Selain pengaruh dari ketidakstabilan ekonomi makro, kinerja pasar truk juga terpapar oleh kebijakan relaksasi impor truk bekas.
Seperti yang diketahui, Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) 8/2024 telah mengizinkan impor truk bekas untuk kebutuhan khusus, seperti pertambangan, dengan berat lebih dari 24 ton dan usia maksimal 20 tahun. Kebijakan ini telah diberlakukan sejak 17 Mei lalu.
Penjualan truk baru di Indonesia pun dalam tren menurun sepanjang tahun 2024 berjalan. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan wholesales (pabrik ke dealer) truk nasional menyusut 15% year on year (YoY) menjadi 54.427 unit pada Januari—Oktober 2024.
Baca Juga: Mazda MX-30 Jadi Langkah Mazda Menuju Era Mobilitas Listrik yang Ramah Lingkungan
Lebih jauh, penjualan wholesales truk dengan Gross Vehicle Mass (GVM) lebih dari 24 ton, yang diizinkan untuk diimpor dalam kondisi bekas, turut mengalami penurunan 13% yoy menjadi 15.331 unit hingga Oktober 2024.
Division Head of Business Strategy PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) Rian Erlangga mengatakan, relaksasi impor truk bekas memang berdampak pada pasar truk di Indonesia. Dengan masuknya truk bekas yang diimpor dari negara lain, maka persaingan pasar akan semakin ketat.
Hal ini sebenarnya cukup disayangkan bagi Isuzu mengingat truk baru pada dasarnya memiliki nilai tambah dari sisi keandalan, teknologi, dan efisiensi bahan bakar yang sulit ditandingi truk bekas.
Di luar itu, Isuzu juga menyadari kinerja pasar truk di Indonesia juga dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi nasional. “Meski demikian, Isuzu masih bisa meningkatkan pangsa pasar penjualan retail truk sebesar 3,5% secara tahunan menjadi 30,7% per September 2024,” ungkap dia, Rabu (13/11).
Merujuk data Gaikindo, Isuzu membukukan penjualan wholesales truk dengan GVM lebih dari 24 ton sebanyak 1.467 unit hingga Oktober 2024. Contoh model truk Isuzu dengan ukuran tersebut adalah Isuzu Giga 6x4 (FVZ) dan Isuzu Giga Tractor Head.
PT Krama Yudha Berlian Tiga Berlian Motors, agen pemegang merek (APM) Mitsubishi Fuso, juga mengaku keberadaan truk impor bekas jadi salah satu penyebab penjualan truk baru sulit tumbuh. Padahal, merek-merek truk lokal sebenarnya bisa mengisi kebutuhan truk di dalam negeri.
Baca Juga: Harga Hyundai Santa Fe Hybrid Mulai Rp 786 juta, Cek Harga Mobil Hybrid Lainnya
Mitsubishi Fuso sendiri membukukan penjualan wholesales truk GVM lebih dari 24 ton sebanyak 1.514 unit per Oktober 2024. APM ini memasarkan beberapa truk dengan tipe tersebut seperti Fighter X FN62F HD R, Fighter X FN62F HD R Mining, dan Fighter FN62FL HD R.
Prospek Pasar Truk
Sales & Marketing Director Krama Yudha Berlian Tiga Berlian Motors Aji Jaya meyakini, prospek penjualan truk baru tetap menjanjikan di tengah ancaman masuknya truk impor bekas, Hal ini dengan catatan kondisi ekonomi nasional kembali stabil, sehingga pelanggan tidak lagi menunda pembelian.
"Kami prediksi permintaan truk akan tumbuh dari sektor logistik karena didukung oleh target swasembada pangan Presiden Prabowo Subianto," ujar Aji Jaya, Jumat (15/11).
Setali tiga uang, Isuzu juga percaya diri penjualan truk baru akan tumbuh yang didukung oleh peningkatan kebutuhan logistik di tengah masifnya e-commerce.
"Permintaan truk yang andal dan efisien akan meningkat," imbuh Rian.
Baca Juga: Honda Raih Kenaikan Penjualan Retail 5,8% pada Oktober 2024
Di sisi lain, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Gemilang Tarigan mengatakan, truk impor bekas dapat menjadi opsi alternatif bagi para pelaku usaha lantaran harganya lebih murah, namun kualitasnya tetap berpotensi lebih baik ketimbang truk baru buatan lokal. Biasanya, truk bekas diimpor dari Jepang dan negara-negara Eropa.
"Sekarang informasi dan pengadaannya (truk bekas) dari luar negeri jauh lebih cepat," tutur Gemilang, Minggu (17/11).
Tantangan penggunaan truk bekas adalah produk tersebut tidak dijamin layanan purnajualnya oleh APM-APM lokal. Walau begitu, Aptrindo menilai pelaku usaha pelanggan truk bekas semestinya bisa merawat sendiri kendaraan niaga tersebut.
Selanjutnya: China Mengakhiri Kebijakan Rebate Pajak Ekspor untuk Aluminium dan Tembaga
Menarik Dibaca: Metode Kakeibo Bisa Bantu Hemat Pengeluaran Loh, Ini Cara Lakukannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News