kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kertas Basuki Rachmat Tunda Modernisasi PM1


Kamis, 12 Desember 2013 / 07:20 WIB
Kertas Basuki Rachmat Tunda Modernisasi PM1
ILUSTRASI. Aneka makanan dalam freezer dan tak ada bunga es yang menempel (dok/Kitchen Infinity)


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah yang terus berlanjut membuat PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk terpaksa menunda rencana untuk memodifikasi mesin kertas atau paper machine (PM1). Padahal, modifikasi mesin ini dibutuhkan agar perusahaan itu bisa memproduksi kertas non HVS.

Direktur Keuangan PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk Ito Prawira mengungkapkan, sebenarnya perusahaan telah mengantongi kredit dari perbankan sebesar Rp 70 miliar untuk membiayai modifikasi mesin PM1 ini. Sayangnya, rupiah yang melemah ke kisaran Rp 12.000 per dollar Amerika Serikat (AS) memaksa perusahaan tak memungkinkan merealisasikan rencana ini. Pasalnya, "Dari kebutuhan dana untuk ekspansi ini, kami asumsikan dengan kurs Rp 9.500 per dollar AS," katanya, Rabu (11/12).

Alhasil, Ito bilang, Kerta Basuki Rachmat harus menunggu rupiah kembali menguat agar bisa merealisasikan ekspansinya. Namun, Ito tak bisa memberikan kepastian waktu terkait pelaksanaan ekspansi ini.

Sekretaris perusahaan PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk, Budi Priyadi menambahkan, sebenarnya modifikasi mesin PM1 sangat mendesak dilakukan lantaran saat ini perusahaan hanya mampu memproduksi kertas HVS. Padahal, potensi pasar kertas jenis non-HVS masih terbuka lebar.

Modifikasi mesin ini juga dilakukan agar perusahaan berkode emiten KBRI ini bisa menggunakan deinking plant yang memungkinkan pengolahan kertas dengan bahan baku altarnatif. Maklum saja, saat ini, PM1 hanya mampu mengolah kertas bekas yang masih putih bersih. Padahal, bahan baku jenis ini jumlahnya terbatas.

Sementara itu, jika mesin kertas dilengkapi dengan deinking plant, KBRI bisa mengolah bahan baku kertas kotor yang pasokannya lebih banyak dan harga beli bisa lebih murah.

Budi bilang, dari dana pinjaman yang telah diraih perusahaan sebesar Rp 70 miliar, sedianya sekitar Rp 40 miliar - Rp 50 miliar akan dialokasikan untuk memodernisasi mesin kertas PM1. "Sisanya akan digunakan untuk modal kerja," ungkapnya.

Catatan saja, saat ini, kapasitas produksi terpasang PM1 sebesar 10.000 ton. Saat ini, utilisasi produksi mesin PM1 juga hampir penuh. Sementara itu, perusahaan juga belum bisa merampungkan pembangunan mesin PM2 berkapasitas 200.000 ton per tahun yang sudah mulai dibangun sejak tahun 1995. "Mesinnya sudah ada tapi belum dipasang karena keburu krisis ekonomi 1998," ujar Budi.

Budi bilang, untuk menyelesaikan pembangunan PM2 yang tinggal sekitar 20% lagi membutuhkan dana investasi sekitar US$ 60 juta. Sayangnya, hingga saat ini, KBRI belum bisa mendapatkan dana pembiayaan tersebut. Padahal sedianya, dengan beroperasinya PM2, perusahaan berharap bisa mengekspor produknya sehingga bisa mendongkrak kinerja KBRI.

Hingga sembilan bulan pertama tahun ini, KBRI telah membukukan pendapatan bersih Rp 10,45 miliar, melorot 70% ketimbang periode yang sama tahun lalu. Pendapatan perusahaan ini menurun lantaran KBRI mengubah pola produksinya, dari mandiri menjadi makloon. Sedangkan rugi bersih perusahaan tercatat sebesar Rp 13,32 miliar pada September 2013.

Hingga akhir tahun ini, perusahaan berharap bisa meraup pendapatan sekitar Rp 20,6 miliar atau turun 53,81% ketimbang realisasi pendapatan tahun lalu yang sebesar Rp 44,6 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×