Reporter: Noverius Laoli | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Penyediaan air bersih masih buruk, khususnya di perkotaan. Menurut Direktur Permukiman dan Perumahan BAPPENAS, Nugroho Tri Utomo, saat ini proporsi rumah tangga yang belum memiliki akses terhadap sumber air minum layak di perkotaan sebanyak 53% dan cakupan pelayanan perpipaan sebesar 15%.
Sementara itu, praktik perilaku buang air besar sembarangan masih sebesar 49% dari total populasi. "Dan 90% pencemaran sungai berasal dari limbah domestik," ujar Nurgroho, Selasa, (3/5).
Melihat situasi ini, Nugroho mengatakan perlunya pengamanan penyediaan air minum melalui penjagaan kuantitas seperti konsumsi harian dan standar minum per orang per hari. Selain itu, perlu juga memenuhi Peraturan Menteri Kesehatan tentang Kualitas Air Minum nomor 492/2010 (mikrobiologi, kimia, dan radioaktif) dan subsidi air bersih yang terjangkau oleh semua pihak.
Nugroho bilang, pemerintah segera mengeluarkan kebijakan menyeluruh untuk memastikan pengamanan air minum seperti sumber air, produksi dan distribusi.
Selain itu, pemerintah juga memastikan pengamanan air minum terhadap konsumen di mana 92% rumah tangga masih memasak air minumnya, 47,5% terkontaminasi dan self provided water yakni penegakkan kontrol kualitas melalui pengaplikasian standar teknis dan regulator monitoring terhadap kualitas air yang dihasilkan.
Sampai saat ini, cara yang dilakukan pemerintah adalah melalui pelayanan PDAM melalui zona air minum pipa dan tercatat saat ini ada 22 PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) yang mengimplementasikan ZAMP (Zona air minum prima).
Projek ini ada di tiga lokasi yakni, Medan, 200 SR, Bogor, 400 SR, Malang, 15.000 SR di 2007 dan scale-up 50.000 SR di 2010. Nugroho mengharapkan peran serta pihak swasta untuk mendukung penyediaan air bersih.
Direktur Pengairan dan Irigasi Bapenas Donny Azdan menambahkan, salah satu permasalahan dalam pengelolaan air terpadu yang dihadapi saat ini adalah kualitas sumber air sungai yang sudah semakin mengkhawatirkan sehingga kapasitas sumber air minum menjadi berkurang.
Hal ini diperparah lagi dengan kondisi masyarakat yang tidak bisa lagi secara langsung menggunakan air sungai sebagai sumber air minum. "Sehingga masyarakat cenderung menggunakan air minum dalam kemasan sebagai subtitusi," ujarnya.
Wahyu Triharja, Water Resource Manager Aqua mengatakan, selama ini Danone Aqua melakukan pengelolaan air menggunakan tiga pilar utama yakni kuantitas, kualitas dan proteksi. "Salah satunya dengan melakukan penghijauan dan memelihara sumber air," ujar Wahyu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News