kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kimia Farma akan bangun pabrik di Jeddah Arab Saudi


Senin, 05 Maret 2018 / 13:53 WIB
Kimia Farma akan bangun pabrik di Jeddah Arab Saudi
Kerjasama bisnis Kimia Farma di Arab Saudi


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Sofyan Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca selesainya akuisisi Dawaa, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) siap menggelar ekspansi bisnis ke bidang manufaktur di Arab Saudi. Rencananya, dalam dua tahun mendatang akan dibangun pabrik di Jeddah, Arab Saudi.

Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk Honesti Basyir menjelaskan dalam jangka dua tahun ini akan menambah outlet apotik terlebih dahulu. Serambi menyelesaikan outlet, emiten pelat merah ini akan riset pembangunan pabrik. "Yang jelas, tahun lalu kontribusi pendapatan kerjasama sekitar 30 juta Saudi Riyal atau sekitar Rp 100 miliar. Tahun ini, optimis setelah kerjasama kontribusinya naik 20% sampai 30%," kata Honesti, Senin (5/3).

Sebagai gambaran, Kimia Farma membangun pabrik di Banjaran senilai Rp 1,3 triliun. Diperkirakan bila pabrik yang dibangun di Jeddah memiliki kapasitas produksi yang sama maka nilai investasinya hampir sama dengan pabrik di Banjaran. "Untuk kapasitas produksi dan nilai investasinya kami akan menyesuaikan," jelas Honesti.

Ida Rasita, Deputi GM Kimia Farma Dawaa memperkirakan pada 2022 pabrik tersebut mulai beroperasi. "Pembangunan industri hulu terlambat di Arab Saudi. Makanya pemerintah Arab Saudi gencar untuk menarik investasi dan kami siap untuk membangun pabrik di sana," jelas Ida, Senin (5/3).

Pabrik tersebut akan memproduksi obat kebutuhan pemerintah Arab Saudi, suplemen dan juga kosmetik. Menurutnya suplemen dan juga kosmetik tersebut dipilih untuk diproduksi karena kebutuhan masyarakat khususnya wanita di Arab Saudi cukup tinggi. "Selain itu margin keuntungannya lebih tinggi ketimbang obat pemerintahan yang harganya sudah diatur," kata Ida.

Pemilihan pabrik di Jeddah, Arab Saudi juga mengingat mudahnya akses ke Timur Tengah dan Afrika Utara. Selain itu bila sertifikasi obat di Arab Saudi maka statusnya akan lebih mudah diakui ke negara lain. Mengingat standar obat dari lembaga sertifikasi Arab Saudi sudah diakui di negara Timur Tengah dan Afrika Utara yang berpenduduk mayoritas muslim. "Tentu saja produk-produk ini punya standar halal dari lembaga negara Arab Saudi," tambahnya.

Meski masuk ke negara Timur Tengah, Ida menjelaskan secara nama brand akan mempertahankan nama brand Kimia Farma. Hal ini karena Kimia Farma punya saham mayoritas di anak usaha baru tersebut. "Brand Kimia Farma sudah kuat di Indonesia. Sehingga kita mau ketika ekspor negara lain persepsi orang luar ke brand Kimia Farma kian kuat," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×