Reporter: Agung Hidayat | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun ini, industri makanan dan minuman masih mencatatkan kinerja positif setelah tumbuh 0,22%. Padahal di saat yang sama, ekonomi Indonesia malah kontraksi 5,32% seccara year on year (yoy) pada kuartal II-2020 lalu.
Hal tersebut diutarakan oleh Ketua Umum Asosiasi Gabungan Industri Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman dalam acara MarkPlus Industry Roundtable: FMCG Industry Perspective yang digelar virtual pada Jumat, (25/9).
"Kontribusi terhadap sektor agroindustri saja masih di angka 39,51%. Jadi industri makanan dan minuman terbilang tetap prospektif di masa pandemi," ungkapnya.
Walau kemudian tetap ada periode sulit, terutama di bulan April dan Mei. Anomali juga terjadi ketika Lebaran biasanya jadi momentum peningkatan demand produk makanan minuman, tahun ini justru permintaannya rendah karena faktor PSBB.
Baca Juga: Mayora Indah (MYOR) kian rajin menggali peluang penjualan di pasar ekspor
Namun ketika PSBB dilonggarkan, mulai ada peningkatan kembali terkait demand. Walau kemudian ada masa flat kembali ketika memasuki PSBB jilid kedua. Namun Adhi yakin PSBB kali ini tidak akan seburuk ketika PSBB pertama periode April dan Mei.
Hal senada diutarakan oleh Global Marketing Director Mayora Ricky Afrianto. Mayora yang selama satu dekade dari 2009 sampai 2019 tumbuh enam kali, merasakan tantangan berat saat pandemi. Terutama di periode April dan Mei.
"Kuartal pertama tidak terlalu terasa. Masuk April sampai Juli terasa sekali. Namun setelah itu mulai membaik lagi di mana harapan kami, Bulan Juli adalah terburuk. Salah satu yang kami lakukan adalah dengan tetap meluncurkan produk baru, ada sekitar sepuluh produk baru kami luncurkan periode April dan Juli.
Tujuannya agar membuat pasar tetap exciting dan membuat konsumen terdorong membeli karena ada produk baru dan menarik yang bisa dicoba," ujarnya.
Hal itu harus dilakukan mengingat pangsa pasar Mayora 50:50 domestik dan ekspor. Sementara ekspor dengan adanya pandemi membuat Mayora sulit mendistribusikan produknya karena tiap negara membuat kebijakan lockdown dengan periode berbeda. Harapannya ada di pasar domestik yang perbaikannya terlihat memasuki masa pelonggaran PSBB.
"Pandemi memang harus membuat pemain-pemain FMCG terus berinovasi. Apalagi dinamikanya berubah cepat. Tidak cukup profesional, tapi harus ada faktor entrepreneurship untuk drive berbagai kreativitas dan inovasi yang harus sangat cepat dilakukan. Karena tetap ada kesempatan di saat krisis. Behaviour konsumen juga pasti berbeda jika pandemi selesai, termasuk di tahun 2021 dan seterusnya," ungkap Founder and Chairman MarkPlus, Inc. Hermawan Kartajaya.
Baca Juga: Dinilai tangguh hadapi sentimen resesi dan PSBB, saham-saham ini bisa dilirik
Setuju dengan Hermawan, Adhi memprediksi sektor makanan dan minuman akan jauh lebih baik pada 2021. Terutama jika pemain-pemain di industri ini bisa memanfaatkan platform online dan offline dalam memasarkan produk, serta mendorong masyarakat berbelanja lagi terutama kelas menengah.
"Kami berharap sektor makanan dan minuman bisa tumbuh 5% sampai 7% di 2021. Walau tidak sebesar 2019 yang hampir 8 persen, setidaknya pertumbuhan tersebut jadi sinyal sektor FMCG bisa survive dari krisis," pungkas Adhi.
Selanjutnya: Emiten makanan-minuman dinilai aman dari sentimen resesi dan PSBB
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News