Reporter: Vina Elvira | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Siam Cement Group (SCG) melaporkan hasil kinerjanya di kuartal II-2021. Manajemen menyebut, pendapatan dan penjualan SCG di Indonesia tercatat sebesar Rp 5,4 triliun (US$ 348 juta) atau meningkat 103% dibandingkan realisasi pendapatan dan penjualan di periode yang sama tahun lalu.
Pertumbuhan yang terjadi didukung oleh beberapa faktor, di antaranya produk Bernilai Tambah Tinggi (HVA) dan PVC Chain di sektor kimia, kontribusi dari anak perusahaan PT Fajar Surya Wisesa Tbk (FASW), dan juga penjualan ekspor dari Thailand dan regional ke Indonesia.
Presiden dan CEO SCG, Roongrote Rangsiyopash menuturkan, berdasarkan laporan kuartal II-2021, SCG di Indonesia mencatatkan nilai aset sebesar Rp 43,4 triliun (US$ 2 miliar). Jumlah ini tercatat meningkat sebesar 37% secara tahunan atau yoy. "Meningkat 37% yoy terutama dari bisnis kimia," tutur Roongrote dalam siaran pers yang diterima Kontan.co.id, Senin (2/8).
Baca Juga: Apindo prediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III hanya capai 1,7%-2,5%
Sebagaimana diketahui, SCG lewat anak usahanya, SCG Packaging telah mengakuisisi 55,23% saham FASW pada 2019 silam.
Adapun, kinerja FASW di semester I-2021 tercatat cukup memuaskan. Mengutip laporan keuangan perseroan, penjualan neto FASW melonjak 45,21% dari sebelumnya Rp 3,74 triliun di semester pertama 2020, menjadi Rp 5,44 triliun di semester pertama 2021.
Sementara itu dari sisi bottom line, perusahaan ini berhasil mencetak pertumbuhan laba periode berjalan sebesar 54,24% menjadi Rp 336,27 miliar. Sedangkan di periode yang sama tahun sebelumnya, FASW hanya membukukan laba bersih sebesar Rp 218,02 miliar.
Lebih lanjut Roongrate menjelaskan, SCG juga telah meningkatkan strateginya demi menjaga kelangsungan bisnis di tahun ini. SCG beralih dari strategi 'egg yolk, egg white' yang mengisolasi karyawan di lini produksi dari kontak dengan karyawan lainnya, ke strategi 'bubble & seal'.
"Strategi ini diterapkan dengan secara teratur melakukan screening Covid-19, menutup area berisiko, dan menyediakan akomodasi di dalam pabrik. Selain menyediakan rumah sakit bagi karyawan yang terinfeksi, untuk memastikan perawatan yang cepat dan aman, SCG juga memberikan pedoman dan panduan bagi karyawan yang melakukan isolasi mandiri di rumah," jelas Roongrate.
Baca Juga: Dukung kelestarian lingkungan, dr soap adakan program daur ulang sampah plastik
Selain itu, SCG juga telah menyesuaikan strategi bisnisnya untuk mendorong penjualan ke pasar yang tidak terlalu terpengaruh paparan Covid-19, yang juga diiringi dengan peningkatan penjualan lewat e-commerce.
Sedangkan untuk lini bisnis kemasan (packaging), SCG juga telah memperluas bisnis mereka melalui merger dan kemitraan (M&P) serta membina kolaborasi penggunaan High-Quality Post-Consumer Recycled Resin (PCR), dengan mengubah botol kemasan plastik bekas pakai rumah tangga menjadi botol kemasan baru. "Untuk pertama kalinya di Thailand, yang mempercepat penetrasi SCG ke dalam tren ekonomi sirkular yang tumbuh dengan pesat," ujarnya.
Sedikit informasi, direksi SCG telah menyetujui SCG Chemicals Company Limited, untuk melakukan penerbitan hak ekuitas PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP) di Indonesia senilai US$ 434 juta, untuk mempertahankan 30,57% saham di CAP, yang akan digunakan untuk mengembangkan kompleks petrokimia kedua, CAP2.
"SCG melihat CAP sebagai investasi strategis dalam memperluas bisnis bahan kimia di Indonesia yang memiliki pasar bahan kimia terbesar dengan pertumbuhan tertinggi di Asean," tutup Roongrate.
Selanjutnya: BPKM sebut tren realisasi investasi perusahaan asal Thailand di Indonesia fluktuatif
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News