kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kino Indonesia (KINO) tetap fokus jual produk farmasi


Kamis, 03 Januari 2019 / 19:26 WIB
Kino Indonesia (KINO) tetap fokus jual produk farmasi
ILUSTRASI. Produk PT. Kino Indonesia


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kino Indonesia Tbk (KINO) masih melihat bisnis farmasi punya potensi untuk dikembangkan. Meski saat ini kontribusi bagi perusahaan minim, tapi KINO mau meningkatkan kontribusinya.

Penjualan KINO ditopang oleh produk perawatan tubuh yang berkontribusi sebesar 49% dari total pendapatan sampai kuartal tiga 2018 atau senilai Rp 1,27 triliun. Sedangkan penjualan minuman berkontribusi sebesar Rp 1,10 triliun.

Harry Sanusi, Presiden Direktur KINO menjelaskan bisnis farmasi masih tetap akan dilanjutkan kinerja bisnisnya. Walaupun tahun lalu kontribusinya masih dibawah 1% dari total penjualan perusahaan.

"Target kontribusi pendapatan farmasi di tahun 2019 akan di kisaran 2% sampai 3%. Dengan demikian, outlook kita terhadap permintaan Fast Moving Consumer Goods (FMCG) di Indonesia sangat optimis, di perawatan tubuh maupun farmasi," kata Harry kepada Kontan.co.id, Kamis (3/1).

Menurutnya KINO akan terus inovasi produk yang diterima oleh masyarakat. Bahkan ada empat produk baru yang akan diluncurkan untuk melengkapi portfolio bisnis farmasi. Adapun produk kesehatan di KINO cukup terbatas tak sebanyak produk segmen perawatan tubuh. Diantaranya balsem kuning cap kaki tiga, salep kulit, obat kurap, obat batuk, dan lainnya. "Salah satunya obat tradisional yakni jamu," kata Harry.

Menurutnya potensi produk jamu masih besar. Hanya saja pendekatan ke konsumen harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat modern saat ini. Bentuk jamu tersebut bisa dalam bentuk kapsul dan ekstrak.

KINO sejatinya memiliki pabrik farmasi di Cikande, Banten. Dengan luas area 14.975 meter persegi dan utilisasi produksinya berkisar 22%. Sehingga ada potensi untuk ditingkatkan produktivitasnya.

Bisnis consumer goods diprediksi terus akan cemerlang di Indonesia. Oleh karena itu, Harry melihat proyeksi pendapatan dan laba KINO tetap akan tumbuh double digit di 2019. "Untuk top line naik 30% dan laba naik 60%," kata Harry.

Sementara, Darien Sanusi, Analis Trimegah Securities dalam riset, Kamis (3/1) menjelaskan ada empat pilar produk KINO yang akan menjadi penggerak terbesar untuk pertumbuhan KINO pada tahun 2019.

Yakni produk perawatan tubuh Ellips Hair Vitamins, Sleek Baby Care, produk perawatan tubuh berbasis syariah dan juga Lola Remedios. Adapun Lola Remedios merupakan minuman herbal yang dijual di Filipina.

"Dengan size bisnis KINO yang relatif lebih kecil, KINO dapat lebih mudah untuk mengkapitalisasi tren produk Syariah dengan meluncurkan produk baru dan inovasinya," kata Darien dalam risetnya. Darien merekomendasikan untuk membeli saham KINO dengan target harga Rp 4.300. Pada penutupan saham (3/1), harga saham KINO senilai Rp 2.860.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×