Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) melalui Komisi VII bakal mengkaji untung rugi pembangunan smelter tembaga baru di Indonesia. Keputusan tersebut diambil setelah mengadakan Focus Group Discussion (FGD) dengan Asosiasi Pertambangan Indonesia alias Indonesian Mining Association (IMA), Senin (23/11) malam.
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Eddy Soeparno menyampaikan, bersama IMA, pihaknya telah mengadakan diskusi terkait hilirisasi mineral dan batubara (minerba) di Indonesia. Mulai dari komoditas nikel, tembaga hingga batubara.
"Dalam hal ini kami lihat betapa besar nilai tambah yang dihasilkan dari proses awal sampai dengan produk pasca pengolahan di dalam smelter," ungkap Eddy kepada Kontan.co.id, Jum'at (27/11).
Namun khusus untuk komoditas tembaga, bisa lain ceritanya. Berdasarkan masukan yang diterimanya, Eddy menjelaskan peningkatan nilai tambah terbesar pada tembaga terjadi saat pengolahan bijih menjadi konsentrat tembaga dengan nilai tambah hingga 95%.
Baca Juga: Adakan pertemuan, Komisi VII dan IMA bahas soal keekonomian smelter tembaga
"Untuk meningkatkan itu ke dalam smelter menjadi katoda tembaga, nilai tambahnya sangat kecil," sebut Eddy.
Padahal, investasi untuk membangun smelter tembaga baru terhitung besar hingga miliaran dolar Amerika Serikat. Alhasil, Eddy menegaskan bahwa Komisi VII DPR RI akan melakukan pendalaman untuk mengetahui tingkat keekonomian dan kelayakan proyek smelter tembaga.
"Kami mendengar bahwa itu ada kerugian yang sangat besar (membangun smelter tembaga baru) yang akan diderita. Nilai tambahnya juga sangat kecil," imbuhnya.
Bahkan, Eddy menyampaikan, jika smelter tembaga baru tetap dibangun, bukan tidak mungkin Indonesia hanya akan memberikan semacam subsidi terhadap industri di negara lain yang mengkonsumsi produk katoda tembaga. Sebab, belum ada industri turunan di dalam negeri yang mampu untuk menyerap produk katoda tembaga yang dihasilkan smelter.
"Oleh karena itu kami berkesimpulan di Komisi VII bahwa kita akan melakukan pendalaman lebih lanjut lagi terkait hilirisasi pertambangan, khususnya untuk tembaga," tegas Eddy.