kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Konstruksi baja di proyek infrastruktur masih minim dibandingkan beton


Sabtu, 03 Maret 2018 / 12:30 WIB
Konstruksi baja di proyek infrastruktur masih minim dibandingkan beton


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah mencatat terjadi 15 kasus kecelakaan konstruksi dalam setahun terakhir. Sebagian besar kecelakaan terjadi pada proyek infrastruktur nasional.

Pada umumnya, kecelakaan itu terjadi pada konstruksi proyek infrastruktur yang menggunakan material beton. Selain beton, konstruksi bangunan di Indonesia bisa menggunakan baja. Hanya saja, penggunaan baja di  proyek infrastruktur besar seperti jalan tol dan rel kereta api masih sekadar pelengkap.

Sjafei Amri, Presiden Direktur PT Binanusa Pracetak & Rekayasa menyebut, konstruksi yang menggunakan beton maupun baja sama-sama baik. Hanya saja, penggunaan baja lebih memiliki nilai tambah. "Kalau pakai baja, itu seluruh engineer dan pekerjanya pasti ahli di soal itu. Sedangkan kalau beton, bisa pakai pekerja kasar dari kampung," ujarnya kepada KONTAN, Jumat (2/3).

Sementara Suwanto, Kepala Subdit Usaha Jasa Konstruksi, Direktorat Bina Kelembagaan dan Sumber Daya Jasa Konstruksi, Kementerian PU Pera menyebutkan, penggunaan baja di proyek konstruksi cukup besar volumenya. Ia mencontohkan, tahun lalu saja, penyerapan baja di proyek konstruksi dan infrastruktur milik pemerintah mencapai 13,49 juta ton.

Dari jumlah itu, 78% menyasar sektor infrastruktur, 8% transportasi, 7% minyak dan gas, 4% permesinan, dan lain-lainnya sebesar 3%. "Dari total kebutuhan tersebut, hanya 7 juta ton atau setara 52% yang mampu dipenuhi produsen baja domestik," bebernya.

Didi Aulia, Ketua Bidang Advokasi dan Regulasi Asosiasi Masyarakat Baja Indonesia (AMBI) juga berharap, kontraktor bisa memaksimalkan penggunaan baja. Ia menduga saat ini banyak kecelakaan kerja yang disebabkan kegagalan pada fase pemasangan girder beton.

Sebagai perbandingan, harga steel box girder relatif ama dengan harga girder beton. Bedanya, jika beton mengalami kegagalan konstruksi pastinya akan hancur dan tidak bisa dipakai lagi. Sedangkan steel box girder masih bisa dipakai lagi.

Hal senada diutarakan Purwono Widodo, Marketing Director PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) yang menyebutkan,  saat ini permintaan baja untuk proyek konstruksi naik. Namun ia menduga porsinya cuma sebagai pelengkap. Sebagai contoh proyek jalan layang dan jalan tol masih menggunakan beton.

"Untuk long product, KRAS itu enggak besar porsi di konstruksi. Kami kan untuk proyek jembatan, pipa pancang dan lainnya," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×