Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masuknya Patrick Walujo memimpin PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) memberi sinyal agresif terhadap arah bisnis emiten teknologi terbesar di Indonesia ini. Sejumlah inisiatif baru dilakukan GoTo untuk segera mewujudkan target adjusted EBITDA positif di kuartal IV tahun ini.
Salah satu yang menarik adalah upaya Patrick untuk menggenjot pendapatan dari segmen konsumen peka harga. Jumlah konsumen jenis ini di dalam ekosistem GoTo dinilai masih sangat besar dan transaksinya berpotensi untuk terus digenjot.
GoTo mengungkap sejumlah strategi untuk menggarap konsumen peka harga, di antaranya dengan menyediakan layanan GoCar Hemat, GoFood Hemat, dan GoTransit Multimodal.
Melalui beragam layanan yang memberikan fleksibilitas kepada konsumen ini diharapkan transaksi dari segmen konsumen peka harga ini bisa meningkatkan potensi pasar hingga dua kali.
Baca Juga: Kompak Memerah, Inilah Harga Saham GOTO & BBCA di Perdagangan Bursa Jumat (18/8)
“Setelah membangun basis konsumen yang kuat pada kategori konsumen yang memprioritaskan kenyamanan, (convenience consumers), Perseroan akan terus memperluas basis konsumennya, tanpa menggunakan insentif yang tidak dapat dipertahankan untuk jangka panjang, dalam kalangan konsumen yang memprioritaskan harga yang memprioritaskan value for money,” kata Patrick Waluyo dalam paparan kinerja GoTo semester I -2023 awal pekan ini.
Pakar pemasaran Yuswohady menilai, langkah GoTo untuk menyasar konsumen peka harga menjadi strategi yang tepat untuk meningkatkan monetisasi di dalam ekosistem yang besar ini di saat terjadi rasionalisasi di pasar.
Sebab, perusahaan teknologi seperti GoTO memang sudah tidak bisa lagi jorjoran membakar uang seperti sebelumnya dengan memberikan benefit yang besar namun harganya murah.
“Sebenarnya ini (konsumen peka harga) sudah ada di dalam ekosistem GoTo dan merasakan banyak pengalaman menggunakan berbagai layanannya. Hanya saja karena faktor harga, mungkin mereka sedikit mengerem belanja. Jika hambatan itu bisa dikurangi dan sensitivitas harga semakin kecil, jumlah belanja konsumen di GoTo berpeluang untuk naik tajam,” jelas Yuswohady dalam keterangannya, Jumat (18/8).
Managing Partner Inventure ini menjelaskan, pasar konsumen yang peka harga ini terbilang besar. Bahkan, kebanyakan orang Indonesia sensitif terhadap harga.
Baca Juga: Melongok Prospek GOTO, BUKA, BELI, Usai Mendapat Pesaing TikTok Shop
Mereka mempertimbangkan betul-betul antara manfaat yang mereka peroleh dengan biaya yang mereka keluarkan. Segmen konsumen seperti ini sebetulnya termasuk dalam smart customer alias konsumen cerdas.
"Jadi, strategi GoTo ini sebetulnya merupakan bentuk penyesuaian untuk adaptif terhadap pasar dengan membidik smart customer yang berorientasi kepada value for money," ujar Yuswohady.
Melalui strategi ini, Yuswohady menambahkan, GoTo sebetulnya sedang memberikan fleksibilitas pilihan layanan sesuai kebutuhan konsumen. Dari sisi pemasaran, kustomisasi seperti ini penting untuk menciptakan segmen pasar yang baru, yakni segmen konsumen yang sensitif terhadap harga.
"Saya melihatnya, segmen pasar yang baru ini akan menjadi besar dan akan menjadi sumber pendapatan baru bagi GoTo di Tengah upaya memangkas biaya tanpa mengorbankan segmen pasar yang sudah ada," ujar Yuswohady.
Ke depan, Yuswohady menyarankan, GoTo perlu lebih menajamkan segmen konsumen yang peka harga. Misalnya dengan membuat klaster waktu pengiriman atau waktu tunggu yang bisa ditoleransi oleh konsumen.
Baca Juga: Kerek Biaya Layanan dan Pangkas Promo, GOTO Geber Perbaikan Kinerja
Melalui analisis dan pengujian dari basis data konsumen, GoTo bisa melihat mana klaster waktu pengiriman yang paling besar. Dari situ, GoTo bisa memfokuskan pemasaran ke klaster yang paling besar dan menguntungkan tersebut.
Pada kuartal kedua tahun 2023, GoTo terus mempertahankan tren positif dalam mengoptimalkan monetisasi dan mengurangi beban secara menyeluruh. Di tengah pendapatan bruto yang meningkat 6% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp5,8 triliun, Perseroan mampu memangkas biaya insentif dan pemasaran produk hingga sebesar 43% atau setara Rp2,7 triliun.
Margin kontribusi Grup tetap positif untuk kuartal kedua berturut-turut mencapai Rp1,0 triliun, yang merupakan 0,73% sebagai persentase dari GTV, meningkat 207 bps dibandingkan tahun sebelumnya dan 30bps dibandingkan kuartal sebelumnya.
"Sesuai dengan komitmen, saat ini kami berada pada jalur yang tepat untuk mencapai EBITDA yang disesuaikan positif pada tahun ini, namun mencapai titik impas bukanlah tujuan akhir. Pertumbuhan yang berkelanjutan dan menguntungkanlah yang harus kami capai. Untuk mencapai hal tersebut, dibutuhkan segera terlaksananya eksekusi yang tepat, serta meningkatkan total pasar potensial (TAM) untuk memperluas basis konsumen Perseroan,” tegas Patrick.
Pada kuartal kedua tahun 2023, jumlah konsumen profitabel dan profitabilitas keseluruhan per pengguna tetap stabil dibandingkan kuartal sebelumnya, dengan konsumen profitabel berkontribusi sekitar 75% dari total GTV sebesar Rp143,7 triliun.
Peningkatan keterlibatan konsumen terus meningkat, seiring tumbuhnya belanja per konsumen sebesar 42% dibandingkan tahun sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News