Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Exploitasi Energi Indonesia Tbk (CNKO) meraih penambahan kontrak memasok batubara ke PT PLN menjadi 2 juta ton di tahun ini.
Sekretaris Perusahaan Exploitasi Energi Indonesia, Wim Andrian memaparkan di tahun 2021 pihaknya menambah volume pasokan batubara ke PLN guna mengantisipasi kelangkaan.
“Jumlah kontrak secara resmi di tahun lalu ada 5. Hanya mungkin pada tahun lalu ada permintaan yang mengharuskan kami untuk mengirim ke salah satu PLTU,” jelasnya saat paparan publik di Jakarta, Rabu (13/7).
Baca Juga: Exploitasi Energi Indonesia (CNKO) Terus Gali Ceruk Pasar Domestik
Pada pertengahan tahun lalu perusahaan perdagangan batubara ini kedapatan permintaan tambahan pasokan batubara ke PLN sehingga realisasi volume penjualan batubara CNKO bertambah dari yang seharusnya 1,2 juta ton menjadi 1,4 juta ton. Alhasil, penjualan batubara CNKO ke PLN di sepanjang 2021 ikut terkerek 14,8% yoy menjadi Rp 949,2 miliar dari yang sebelumnya Rp 826,5 miliar di 2020.
Lantas setelah ditambah dengan pendapatan dari bisnis PLTU Pangkan Bun sebanyak Rp 31,1 miliar, total pendapatan CNKO di 2021 naik 10,8% yoy menjadi Rp 980,3 miliar dari yang sebelumnya Rp 884,57 miliar di 2020.
Wim menjelaskan lebih lanjut, di tahun ini CNKO mengempit 7 kontrak ke PLTU milik PLN. Perinciannya, PLTU Suralaya Baru, PLTU Labuan, PLTU Teluk Naga, PLTU Indramayu, PLTU Rembang, PLTU Adipala Cilacap, dan PLTU Tanjung Awar-Awar. “Dengan ditambah 2 klien lagi jumlah pasokannya dinaikkan 800.000 ton menjadi 2 juta ton di sepanjang tahun ini,” terangnya.
Direktur Exploitasi Energi Indonesia, Erry Indriyana mengungkapkan, bertambahnya volume penjualan ke PLN hingga 2 juta ton di tahun ini otomatis akan berdampak signifikan ke pendapatan CNKO di tahun ini.
Baca Juga: Exploitasi Energi Indonesia (CNKO) Melirik Potensi Bisnis EBT
“Sampai dengan pertengahan tahun ini saja kami sudah memasok 1 jutaan ton batubara, sudah setengah dari target. Kalau bisa memenuhi semua kuota hingga 2 juta ton perkiraan kami pendapatan bisa mencapai Rp 1,4 triliun,” jelasnya dalam kesempatan yang sama.
Pertumbuhan positif pada top line di tahun ini, diharapkan Erry bisa membantu perbaikan bottom line CNKO. Pasalnya, sampai dengan 2021 pihaknya masih mencatatkan ekuitas yang negatif di posisi Rp 1,22 triliun sehingga CNKO masih akan fokus memperbaiki ekuitas ini.
Di sepanjang 2021, mengikuti naiknya pendapatan dan laba bruto, CNKO membukukan perbaikan rugi sebelum pajak penghasilan dari yang sebelumnya Rp 266,99 miliar di 2020 menjadi Rp 73,15 miliar.
Pencapaian ini juga ditopang penurunan neto pos beban lainnya sebesar 95,7% dari Rp 164,7 miliar menjadi Rp 7,1 miliar. Sementara, beban bunga dan keuangan lainnya serta penghasilan bunga masing-masing turun 2,1% menjadi Rp 156,2 miliar dan 14,7% menjadi Rp 183,6 juta.
Manajemen CNKO menegaskan, pihaknya terus berupaya melakukan berbagai efisiensi dan perbaikan untuk bisa kembali mencatatkan laba bersih lagi.
Baca Juga: Exploitasi Energi Indonesia (CNKO) Fokus Jual Batubara ke PLN
Fokus perdalam pasar dalam negeri
Sekretaris Perusahaan CNKO, Wim Adrian menambahkan sehubungan dengan prospek industri batubara dan harga jual yang sedang tinggi-tingginya di pasar internasional saat ini, CNKO tetap fokus ke dalam negeri.
“Jika sebelumnya ada wacana merambah ke pasar ekspor, saat ini kami tetap fokus di dalam negeri. Kami berupaya menambah volume pasokan ke PLN sesuai kemampuan Perseroan. Kami akan terus memperluas pasar domestik,” ujarnya.
Wim menjelaskan lebih lanjut, untuk tetap memenuhi pasokan batubara ke PLN, CNKO menjalin kerja sama strategis jangka panjang dengan perusahaan PKP2B sebagai pemasok batubara. Pada 2018 CNKO memulai kerja sama dengan Berau Coal sebagai pemasok batubara.
"Daripada mengeksploitasi tambang kami lagi, kami sudah dijamin pasokannya oleh PKP2B yaitu Berau Coal dan sebelumnya kami juga bekerja sama dengan Borneo Indobara. Jadi ada dua PKP2B yang memasok," kata Wim.
Sejatinya, CNKO memiliki tiga konsensi batubara yakni di Desa Riam Andungan, Kecamatan Kintap, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan seluas 498,7 hektar.
Konsensi batubara lainnya dimiliki PT Sekti Rahayu Indah di Desa Santilik dan Santiung, Kecamatan Mentaya Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah seluas 2.659 hektar. Konsensi batubara ketiga dimiliki oleh PT Abe Jaya Perkasa seluas 3.647 hektar dan terletak di Desa Kandul dan Majangkan, Kecamatan Gunung Timang, Kabupaten Barito, Kalimantan Tengah.
Wim mengatakan, dalam jangka waktu dekat hingga menengah belum ada rencana mengoperasikan kedua konsesi tambang itu karena membutuhkan ongkos lebih besar di saat kondisi keuangan yang saat ini masih agak berat.
“Sedangkan kalau kerja sama dengan PKP2B harga yang kami dapat lebih oke dan resiko lebih sederhana. Selama trading berjalan baik dan memberikan kontribusi ke perusahaan sesuai dengan yang diharapkan, kami akan jalani dulu,” terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News