kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Konversi Kompor Gas ke Induksi Dinilai Menguntungkan Masyarakat


Minggu, 04 September 2022 / 08:46 WIB
Konversi Kompor Gas ke Induksi Dinilai Menguntungkan Masyarakat
ILUSTRASI. Pengunjung mengamati kompor listrik (kompor induksi) di sebuah pusat belanja. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio mengapreasiasi langkah pemerintah dan PT PLN (Persero) dalam mendorong konversi kompor LPG ke kompor induksi. Salah satunya dengan menyalurkan kompor induksi ke 2.000 Keluarga Penerima Manfaat dengan golongan daya listrik 450 VA dan 900 VA. Adapun program ini telah menyasar masyarakat di Solo Jawa Tengah dan Denpasar Bali.

Agus menilai, program konversi kompor LPG ke kompor induksi akan memberikan banyak manfaat bagi masyarakat khususnya masyarakat kelas menengah ke bawah dan UMKM.

"Saya apresiasi, karena (konversi ke kompor induksi) dimulai dengan kelompok masyarakat yang masih disubsidi yaitu golongan 450 VA dan 900 VA. Mereka juga kelompok masyarakat yang selalu dibantu pemerintah lewat dana sosial. Ada UMKM juga," kata dia dalam keterangannya, Minggu (4/9).

Agus menjabarkan, dengan menggunakan kompor listrik, banyak penghematan yang bisa dilakukan oleh masyarakat. Sebagai contoh, jika menggunakan kompor LPG, masyarakat harus mengeluarkan anggaran setidaknya Rp 20.000 per tabung gas subsidi, maka dengan kompor listrik anggaran tersebut bisa ditekan.

Baca Juga: Indonesia - Prancis Jajaki Peluang Kerja Sama Pengembangan Transportasi

"Kalau mereka biasanya mereka menggunakan (LPG) 3-4 tabung per bulan harganya Rp 20.000 jadi sebulan sekitar Rp 60.000-80.000. Dengan menggunakan kompor induksi ini mereka hanya Rp 17.000-Rp 18.000. Jadi ini menguntungkan dan uang sisanya bisa digunakan untuk penambahan gizi keluarga," jelas dia.

Berdasarkan simulasi yang dilakukan Dewan Energi Nasional (DEN) menunjukkan, penggunaan kompor induksi sangat hemat, ramah lingkungan, dan aman digunakan.

Contohnya, untuk memasak 10 liter air, kompor induksi berkapasitas 1.200 watt hanya membutuhkan biaya sebesar Rp 1.200. Sementara dengan menggunakan LPG atau dikenal gas elpiji, memakan biaya Rp 6.000 dengan takaran yang sama. Selain itu, memasak menggunakan kompor listrik ini juga bisa membuat masakan cepat matang.

Selain itu, penggunaan kompor induksi juga lebih aman dibanding LPG. Hal ini karena kompor induksi hanya menghasilkan panas, maka tidak ada api yang muncul dari permukaan kompor seperti layaknya kompor gas. Penggunaan kompor listrik juga lebih praktis dan mudah dibersihkan.

Sementara dari sisi waktu memasak juga lebih hemat karena kompor induksi memungkinkan penyebaran panas yang lebih merata ketimbang kompor gas. Hal ini memungkinkan aktivitas memasak lebih cepat, sehingga hemat waktu. Tak hanya itu, penggunaan kompor induksi juga mengurangi potensi polusi rumah tangga.

"Kompor listrik ini memang penggunaannya simpel," ucap Agus.

Selain menguntungkan bagi masyarakat, konversi kompor LPG ke kompor induksi juga dinilai akan meringankan beban negara, khususnya terkait impor dan subsidi LPG.

Sekadar informasi, data Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan LPG 3 kg naik rata-rata 26,58 persen setiap tahunnya selama kurun waktu 2017 hingga 2021. Kenaikkan nilai subsidi itu dipengaruhi fluktuasi harga ICP dan nilai tukar rupiah.

Baca Juga: Kementerian ESDM Terbitkan Roadmap Net Zero Emissions Sektor Energi

Realisasi subsidi LPG 3 kg pada 2021 mencapai Rp 67,62 triliun, termasuk di dalamnya kewajiban kurang bayar Rp 3,72 triliun. Di sisi lain, outlook subsidi BBM dan LPG 3 kg 2022 diperkirakan mencapai Rp 149,37 triliun atau 192,61 persen dari postur anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2022.

Menurut Kemenkeu, lebih dari 90 persen kenaikan nilai subsidi itu berasal dari alokasi LPG 3 kg yang disebabkan oleh kesenjangan antara harga jual eceran (HJE) dengan harga keekonomian yang berlanjut melebar didorong harga minyak mentah dunia.

Beban subsidi LPG 3 kg juga makin lebar akibat fluktuasi harga minyak mentah dunia hingga pertengahan tahun ini. Adapun harga keekonomian dari gas melon subsidi itu sudah terpaut Rp 15.359 per kilogram dari HJE yang ditetapkan sebesar Rp 4.250 per kilogram pada tahun ini.

Sementara untuk impor, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan total volume impor gas Indonesia mencapai 6,24 juta ton pada 2021. Angka tersebut naik tipis 1,07 persen dari tahun sebelumnya, sekaligus menjadi yang terbesar dalam 5 tahun terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×