kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

KPPU selidiki oknum pemicu tingginya harga daging


Selasa, 16 Juli 2013 / 13:38 WIB
KPPU selidiki oknum pemicu tingginya harga daging
ILUSTRASI. Jumlah hapus buku atawa write off kredit sejumlah bank meningkat tahun 2021.


Sumber: Tribunnews.com | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Melonjaknya harga daging di beberapa daerah belakangan ini dinilai sebagai indikasi adanya dugaan kartel dari beberapa unit terkait.

Komisioner Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Syarkawi Rauf mengatakan, saat ini KPPU sedang memproses beberapa perusahaan yang memiliki rekomendasi impor daging dan telah mendapat surat persetujuan impor.

Menurut Syarkawi, oknum diduga secara sengaja melakukan persekongkolan untuk menahan pasokan yang menyebabkan kelangkaan daging dan dugaan kedua adanya dugaan kartel yaitu kerja sama antara pelaku usaha untuk secara bersama-sama menguasai pasar.

KPPU menilai, masalah pengelolaan daging di Indonesia terbilang rumit. Diantaranya rumah potong hewan (RPH) yang masih rawan gangguan distribusi daging. Alokasi kuota impor terutama penunjukan kuota importir yang masih bersifat tertutup sehingga tanpa kartel pun harga daging sapi akan melambung.

"KPPU menduga importir dan juga pelaku usaha yang menjual daging lokal secara sengaja mengambil tindakan bersama untuk membuat harga tinggi," jelas Syarkawi, Selasa (16/7/2013).

Selain itu kata dia persoalan mendasar bersumber dari kebijakan Pemerintah, Departemen Perdagangan dan Pertanian yang tidak kredibel dalam mengelola suplai daging nasional.

Ditegaskan Syarkawi, indikasinya sudah sangat kuat terjadi. Bahwa persekongkolan menahan pasokan dan kerjasama untuk menguasai pasar atau kartel daging.

Terpisah diungkapkan Ketua Kadin Sulsel, Zulkarnain Arief pihaknya menolak sistem impor sapi di Sulsel. Menurutnya hal tersebut bukanlah pilihan cerdas sebab Sulsel sendiri masuk kategori surplus.

Adapun peningkatan harga yang kadang naik, tidaklah seberapa besar, sebab kenaikan harga murni karena merespon kondisi pasar yang sedang banjir permintaan. Namun menurutnya tidak sampai sama dengan daerah lainnya.

"Batas tertinggi harga daging di Sulsel kalaupun ada kenaikan, hanya sampai Rp 85 ribu. Jika sudah lebih dari itu kami akan operasi pasar," tegasnya.

Sebelumnya pengurus Perhimpunan Penyalur Ayam Pedaging (P2AP) kota Makassar juga menyikapi tingginya harga ayam pedaging di Sulsel. Pengurus P2AP menganggap umumnya kenaikan harga tersebut lebih diakibatkan banyaknya permainan spekulasi yg dilakukan oleh pengusaha besar (pabrikan dan kemitraan).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×