Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Krakatau Bandar Samudera atawa Krakatau International Port (KIP) merealisasikan layanan bunkering BBM low sulphur fuel oil (LSFO) perdana di Selat Sunda dengan pengisian 160 Metrik Ton (MT) atau setara dengan 175.000 liter ke kapal MV Elona
Penjualan perdana tersebut dilakukan pada Jumat (27/8). Sebelumnya KIP dan Pertamina Patra Niaga sudah melakukan penandatangan MoU kerjasama bisnis bunkering Marine Fuel Oil (MFO) di Krakatau International Port dan di beberapa wilayah perairan strategis Indonesia lainnya pada awal Agustus 2021 lalu.
Penjualan perdana ini disaksikan langsung oleh Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenko Marves Basilio Dias Araujo, CEO KIP M. Akbar Djohan dan Direktur Pemasaran Pusat dan Niaga PT Pertamina Patra Niaga SH C&T Hasto Wibowo.
Bisnis maritim perdana MFO ini membuktikan strategi besar KIP untuk membangun ekosistem bunkering migas sebagai strategi ekspansi dalam bisnis maritim di sepanjang Selat Sunda sangat berpotensi untuk direalisasikan.
“Salah satunya ekspansi ke penjualan produk BBM untuk kapal yang rendah sulfur,” kata CEO KIP Akbar Djohan dalam keterangan yang diterima Kontan.co.id, Jumat (27/8).
MFO dengan kandungan sulfur maksimal 0,5% mass by mass (m/m) ini merupakan bahan bakar kapal yang sesuai dengan mandatori International Maritime Organization (IMO) mengenai bahan bakar kapal dengan kadar sulfur maksimal 0,5% wt yang berlaku mulai 1 Januari 2020.
Baca Juga: Krakatau Bandar Samudera dan Berdikari Logistik jaga pasokan dan harga pangan
“Strategi ini tak hanya diproyeksikan untuk menambah profit kepada Krakatau Group, tapi ini akan memperkuat rantai pasok energi terutama migas di sepanjang Selat Sunda, dimana produk MFO dijadikan ‘engine’ baru perusahaan dalam mencapai growth yang lebih baik lagi,” tambah Akbar.
Mencermati besarnya peluang ekonomi yang belum dioptimalkan selama ini terutama ribuan kapal baik ukuran besar dan kargo internasional yang melintas di sepanjang Selat Sunda, Akbar meyakini bahwa economic and opportunity loss akibat belum adanya jasa bunkering bahan bakar minyak untuk kapal-kapal niaga di Selat Sunda berpotensi besar untuk disinergikan dengan Pertamina Patra Niaga.
Akbar menegaskan, pihaknya berkomitmen untuk menjadikan Selat Sunda sebagai pelabuhan strategis yang dapat melayani seluruh kebutuhan kapal dengan pelayanan berstandar internasional terus ditingkatkan dan dijaga.