Reporter: Emir Yanwardhana | Editor: Dupla Kartini
CILEGON. Produsen baja pelat merah, PT Krakatau Steel Tbk menumpahkan harapan penjualan baja untuk proyek pemerintah. Perusahaan yang punya pabrik di Cilegon tersebut berharap pesanan baja pemerintah naik tahun ini.
Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk Sukandar bilang, proyek konstruksi pemerintah adalah celah bagi mereka menggenjot kinerja tahun ini. "Proyeknya ada banyak misalnya proyek pelabuhan dan bandara, kami yang memasok bajanya," kata Sukandar di Cilegon, Selasa (21/3).
Tahun lalu, pendapatan emiten berkode saham KRAS dari pemerintah dan perusahaan pelat merah menyumbang 16,78% terhadap penjualan. Porsi tersebut naik ketimbang porsi pendapatan tahun 2014 yang tercatat 12,13% atas penjualan.
Diantara BUMN yang melakukan transaksi pembelian baja skala besar ke KRAS adalah; PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari, PT Hutama Karya, PT Barata Indonesia, PT Rekayasa Industri, PT Pertamina Hulu Energi, PT Perusahaan Gas Negara dan PT Semen Indonesia.
Serupa dengan tahun lalu, KRAS mengandalkan penjualan baja dari BUMN dan proyek pemerintah. Mengacu proyek pemerintah tersebut, , manajemen KRAS optimistis bisa mencetak kenaikan penjualan 20% tahun ini dari realisasi penjualan tahun 2015 lalu senilai US$ 1,32 miliar.
Geber efisiensi
Selain penjualan dari proyek pemerintah, KRAS juga melakukan efisiensi dengan cara menghentikan operasi pabrik bahan baku slab baja. "Ada dua pabrik hulu bahan baku slab baja yang sedang off untuk berhemat," kata Hilman Hasyim, Direktur Produksi dan Teknologi KRAS.
Selain itu, KRAS mengganti sumber energi untuk operasional perusahaan. KRAS menggunakan batubara untuk mengganti gas yang harganya mahal. "Pemakaian gas kami berkurang karena ada substitusi ke batu bara," katanya.
Sayang, Hilman tak memperinci berapa besar nilai efisiensi yang mereka peroleh dari penghentian pabrik hulu serta peralihan pemakaian gas ke batubara.
Hanya KRAS optimistis efisiensi ini bisa menjadi modal untuk berkompetisi melawan baja China yang dijual murah. China bisa jual murah karena memperoleh energi murah. "Mereka beli gas US$ 5 per mmbtu, kami US$ 9 per mmbtu," keluh Hilman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News