kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Krisis Baja China, Krakatau Steel (KRAS) Beberkan Pengaruhnya ke Perusahaan


Minggu, 06 Oktober 2024 / 18:20 WIB
Krisis Baja China, Krakatau Steel (KRAS) Beberkan Pengaruhnya ke Perusahaan
ILUSTRASI. Pabrik baja PT Krakatau Steel Tbk (KRAS).


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaksana Tugas (PLT) Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) Tardi mengungkap adanya peluang penurunan pendapatan perseroan akibat dari krisis baja di China.

"Tentu saja akan terjadi penurunan pendapatan karena harga baja dumping dari China jauh lebih murah dari harga baja pemain lokal seperti Perseroan maupun produsen dalam negeri lain," ungkap Tardi kepada Kontan, Sabtu (05/10).

Menurutnya jika dumping terjadi akan mengakibatkan semakin tingginya tingkat oversupply dari sisi volume baja yang beredar di pasar domestik.

"Sebagaimana diketahui bersama, untuk saat ini demand/konsumsi baja nasional terutama Hot Rolled (HR) tidak lebih besar dibandingkan dengan kapasitas produksi/supply lokal yang mencapai 10,7 juta ton per tahun dikarenakan pada tahun 2024 adanya pemain baru produsen baja di Indonesia," tambahnya.

Jika ditambah masuknya importasi baja dari negeri China dengan skema dumping tentu saja akan membuat harga baja lokal akan semakin tertekan.

"Jadi bisa dipastikan kinerja perseroan maupun produsen dalam negeri lain akan jauh menurun dengan adanya importasi dan dumping dari China ini," ungkapnya.

Baca Juga: Krisis Baja Tiongkok, Indonesia Bisa Jadi Target Buangan Baja Negeri Tirai Bambu

Saat ini ia pun mengakui bahwa kinerja Industri Baja Nasional khususnya KRAS sedang mengalami penurunan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu menurunnya trend harga baja dunia dan membanjirnya barang impor sejenis.

"Kondisi harga baja yang menurun disebabkan oleh oversupply yang terjadi di China, sehingga membuat China harus membuang produknya ke negara lain termasuk Indonesia dengan harga murah karena tidak dapat diserap di pasar dalam negerinya. Kondisi ini yang membuat banyak produsen baja di dunia dan termasuk produsen baja di Indonesia mengalami kerugian," jelasnya.

Asal tahu saja, berdasarkan data supply-demand Asosiasi Industri Besi dan Baja Nasional (The Indonesian Iron and Steel Industry Association/IISIA), diketahui bahwa kapasitas produksi produsen baja nasional masih lebih besar dibandingkan dengan konsumsi/demand-nya.

Artinya, saat ini tidak terdapat kendala dalam kapasitas industri baja nasional untuk memenuhi konsumsi baja domestik sehingga sebenarnya tidak lagi diperlukan impor untuk produk-produk tertentu misalnya seperti produk baja Hot Rolled Coil (HRC) dan Hot Rolled Plate (HRP).

Baca Juga: Harga Baja Naik, Ini Strategi Steel Pipe Industry (ISSP) dan Krakatau Steel (KRAS)

Hal tersebut juga ditambah lagi dengan adanya berbagai investasi/pengembangan fasilitas produksi dari produsen baja nasional pada tahun 2024 ini yang membuat kapasitas produksi produsen baja nasional meningkat.

"Bila masuknya barang dari China tersebut terus berlangsung tidak diantisipasi dengan baik, maka pada akhirnya akan mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi produsen baja nasional baik dari sisi kinerja penjualan maupun pada tingkat utilisasinya yang semakin rendah," tutupnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×