Reporter: Maria Elga Ratri | Editor: Herlina Kartika Dewi
JAKARTA. Krisis politik di Thailand belum berdampak pada perdagangan hortikultura Indonesia dan Thailand. Pasalnya, "Thailand bisa membedakan kepentingan dagang dan politik, sehingga tidak ada masalah," ujar Sonny Kurniawan, anggota Asosiasi Eksportir Importir Buah dan Sayuran Segar Indonesia (Aseibssindo) kepada KONTAN Rabu (15/1).
Lagipula, kata Sonny impor produk hortikultura dari Thailand juga tidak terlalu besar. Sonny mencontohkan, impor buah dari Thailand antara lain kelengkeng dan durian.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) nilai impor non migas Indonesia dari Thailand selama Januari - November 2013 sebesar US$ 9,95 miliar. Angka ini turun 5,5% dari US$ 10,53 miliar di periode yang sama tahun 2012.
Sonny bilang, kalau ada penurunan impor buah kelengkeng dan durian ini bukan karena kondisi politik, tetapi karena di Thailand sedang tidak musim buah tersebut.
Sonny bilang, biasanya impor durian dan kelengkeng asal Thailand mencapai 75 kontainer per minggu. Dimana satu kontainer berisi sekitar 22 ton - 26 ton. Namun, saat ini impor kelengkeng dan durian asal Thailand hanya sekitar 3 kontainer - 4 kontainer per minggu.
"Karena sedang tidak musim, harganya jadi mahal. Makanya kami kurangi impor karena takut sulit terjual," ujarnya.
Sonny menjelaskan, selain karena sedang tidak musim durian dan kelengkeng di Thailand, harga buah impor semakin mahal karena pelemahan mata uang rupiah.
Harga kelengkeng, kata Sonny saat ini sudah naik dari US$ 15 - US$ 16 menjadi US$ 24 - US$ 24 per keranjang isi 11 kilogram. Wajar importir menurunkan impor mereka agar tidak merugi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News