kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

KRKP Beri Catatan Kondisi Sistem Pangan dan Pertanian Selama 2021


Jumat, 31 Desember 2021 / 12:46 WIB
KRKP Beri Catatan Kondisi Sistem Pangan dan Pertanian Selama 2021
ILUSTRASI. Petani memanen padi di sawah/ KRKP Beri Catatan Kondisi Sistem Pangan dan Pertanian Selama 2021


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) menyampaikan Catatan Kedaulatan Pangan 2021 di Jakarta, Kamis (30/12/2021) pagi.

KRKP mencatat bahwa sistem pangan dan pertanian masih dalam kondisi rentan. Sistem pangan rapuh saat dihadapkan dengan guncangan mendadak, seperti saat pandemi COVID-19. 

Guncangan ini menyebabkan penurunan akses penduduk terhadap pangan. masyarakat perkotaan yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) atau yang menerima pengurangan jam kerja sempat mengalami kesulitan dalam menjangkau pangan yang sehat dan beragam. 

Kondisi sulit juga dialami oleh produsen pangan, petani yang ada di pedesaan. Petani-petani padi misalnya, saat panen raya justru mengalami kesulitan untuk menjual hasil panen dengan harga yang layak. Harga gabah anjlok di bawah harga pembelian pemerintah yang telah ditetapkan oleh Kemendag. 

Baca Juga: Terkait Usulan Subsidi Minyak Goreng, Ini Kata Kemenko Perekonomian

Anjloknya harga ini ternyata disebabkan oleh sentimen pasar karena ada rencana pemerintah akan mengimpor beras pada awal tahun 2021 lalu. Kondisi seperti ini sebenarnya bukan hal baru, pada tahun sebelumnya, 2020 dan 2019 juga demikian, saat itu malah sudah terjadi impor saat menjelang panen raya. Kejadian ini tentu melukai hati petani kita karena harga anjlok.

Ironisnya lagi adalah importasi bahan pangan ini bukan didasarkan pada keperluan, hal ini ditunjukkan dengan kerangka waktu yang digunakan dalam importasi, impor dilakukan saat pasokan beras sedang tinggi. Ini memang sudah menjadi polemik lama dimana penyelenggaraan pangan, termasuk impotasi pangan, tidak berlandaskan pada kekuatan data. 

Data pangan kita belum satu, kerap terjadi perbedaan data antar kementerian dan Lembaga pemerintah. Padahal data ini menjadi basis dalam memutuskan kebijakan dan tata kelola pangan.

Hal-hal di atas merupakan gejala dari rentanya sistem pangan kita. Untuk memperbaiki situasi ini dalam waktu cepat, bisa dikatakan mustahil di tengah kondisi daya dukung sistem pangan kita yang menurun. 

Baca Juga: Jelang Awal Tahun 2022, RNI Klaim Ketersediaan Beras dan Gula Aman

Degradasi lingkungan hidup, perubahan iklim, ketimpangan dan kerentanan social terus memburuk dan memperberat upaya pemulihan sistem pangan ke depan. 

Kerusakan hutan dan keanekaragaman hayati, kualitas kesuburan tanah terus menurun, air untuk pertanian yang terdegradasi, cuaca ekstrim yang makin intensif, ledakan hama dan penyakit makin serius adalah bentuk-bentuk realitas yang kita saksikan di lapangan.

Namun ada juga kisah inspiratif dari masyarakat yang membuat kita tidak patah semangat untuk terus mendorong adanya perbaikan-perbaikan di setiap lini sistem pangan ini.

Seperti halnya yang dilakukan oleh Sedulur Sikep di dukuh Mbombong desa Baturrejo di Kabupaten Pati. Masyarakat disini sangat kuat dengan nilai-nilai jawa tradisional khususnya dalam mengelola cadangan pangan keluarga. 

Cadangan pangan keluarga atau yang disebut dengan lumbung. Lumbung di sini tidak terbatas dengan beras yang disimpan di dalam unit keluarga. Lumbung merupakan sistem pangan di unit keluarga sedulur sikep.

Baca Juga: Ekonom CORE Wanti-Wanti Inflasi Tahun Depan Bisa Melonjak Dua Kali Lipat

Bagaimana pengaturan produksi, penyimpanan sampai pada konsumsi terdapat norma dan aturan main yang dipegang oleh sedulur sikep.

Kisah inspiratif ke-dua adalah adaptasi petani di Darim, indramayu dalam menghadapi perubahan iklim.  Melalui sekolah lapang pertanian bio-intensif, para petani membalik cara dan Teknik dalam Bertani, dimana yang awalnya Jerami adalah limbah digubah menjadi bahan penambah potassium yang luar biasa dan menghemat biaya. 

Perubahan perilaku dari memberlakukan Jerami ini sudah banyak merubah hal, selain berkaitan dengan efisiensi juga berkenaan dengan pengurangan inpur pertanian dari luar yang sangat syarat dengan emisi, dimana emisi ini sangat berpengaruh pada perubahan iklim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×