Reporter: Asnil Bambani Amri |
JAKARTA. Ekspor kerajinan diperkirakan akan mengalami koreksi pada kuartal ke IV ini karena Jogja dan Jawa Tengah terkena dampak erupsi Gunung Merapi. Apalagi, Jogja merupakan salah satu daerah penghasil utama ekspor kerajinan di Indonesia yang menyumbangnilai ekspor mencapai US$ 70 juta.
“Dampaknya akan terasa, karena sentra produksi saat ini tidak jalan,” jelas Ketua Umum Asosiasi Mebel Indonesia (ASMINDO) Ambar Tjahjono saat dihubungi KONTAN melalui telepon, Rabu (10/11). Ambar mengkhawatirkan nasib industri kerajinan yang ada di dua wilayah ini.
Selain mandeknya industri ini, pengusaha mebel maupun kerajinan harus menanggung beban kredit kepada perbankan. Pasalnya, banyak diantara mereka mendapatkan kuncuran bantuan kredit. “Perbankan banyak yang tidak mau tahu kondisi ini,” terang Ambar yang mengharapkan kalangan perbankan memberikan kemudahan bagi industri kerajinan yang ditimpa bencana itu.
Menghitung kredit macet
Nyatanya, perbankan tak tinggal diam. Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank BNI akan memberikan keringanan, berupa penjadwalan ulang pembayaran cicilan kredit nasabahnya.
Awal pekan ini, Direktur Utama BRI Sofyan Basir menjelaskan, saat ini BRI tengah mengidentifikasi jumlah debitur yang terkena musibah letusan Gunung Merapi. Tugas tersebut diserahkan kepada sekretaris perusahaan BRI. "Berdasarkan perkiraan kami, kebanyakan yang terkena efek bencana Merapi ini berasal dari unit BRI Mikro dan Menengah," ujar Sofyan kepada KONTAN, Minggu (7/11).
Pertengahan November mendatang, BRI akan melaporkan kepastian jumlah debitur yang terkena musibah bencana Merapi dan nilai kreditnya kepada Bank Indonesia (BI) dan pemerintah.
Para debitur yang mengalami bencana alam akan mendapatkan semacam relaksasi berupa penjadwalan ulang pembayaran cicilan kredit. Pola ini mengacu pada bencana tsunami di Aceh tahun 2004 silam "Kami tidak mungkin menagih nasabah yang sedang ditimpa kemalangan. Itu namanya tidak manusiawi," tambah Sofyan.
Bank BNI pun tengah melakukan hal yang sama. Menurut Sekretaris Perusahaan BNI Putu Bagus Kresna, bank berlogo angka 46 ini tengah mengkaji keringanan untuk para debitur yang terkena dampak meletusnya Gunung Merapi. "Semuanya masih dalam proses dan dalam waktu dekat ini akan kami beritahukan bagaimana hasilnya," jelas Putu, Minggu (7/11).
Namun, dia belum bisa memastikan kapan bisa mengeluarkan keputusan keringanan tersebut. "Yang pasti dalam waktu dekat ini," tandasnya.
Bank BNI sudah mempunyai model atau acuan untuk menghadapi masalah ini. "Kami berkaca pada pengalaman gempa di Padang dan tsunami di Aceh," terangnya.
Perbankan sendiri juga menderita kerugian. Akhir pekan lalu, sejumlah bank terpaksa menutup kantor cabang mereka di daerah yang terkena dampak bencana letusan Gunung Merapi. BRI menutup enam kantor unit. Lima di antaranya kantor unit di Sleman dan satu unit di Boyolali. Bank Jateng dan Bank Central Asia (BCA) yang memiliki kantor cabang di Muntilan, Jawa Tengah, juga hanya beroperasi setengah hari akibat hujan abu vulkanik yang melanda wilayah tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News