kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kue iklan digital akan semakin cetar membahana


Selasa, 30 April 2013 / 06:23 WIB
Kue iklan digital akan semakin cetar membahana
ILUSTRASI. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/hp.


Reporter: Sandy Baskoro, Adinda Ade Mustami, Adisti Dini Indreswari | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Penutupan situs belanja online, Multiply, bukan pertanda bisnis e-commerce di Indonesia meredup. Justru sebaliknya, bisnis e-commerce semakin prospektif, asalkan para pemain punya strategi jitu agar menang dalam pertarungan. Dengan pasar yang masih imut, bisnis e-commerce diyakini akan terus membesar.

"Dengan sangat menyesal, kami umumkan situs multiply.co.id (dan multiply.com) akan kami tutup per 6 Mei 2013 dan kami akan menghentikan semua kegiatan usaha per 31 Mei 2013." Ini adalah kalimat pembuka dari pengumuman mengejutkan manajemen Multiply, pada Jumat (26/4) pekan lalu.

Stefan Magdalinski, Chief Executive Officer Multiply mengaku sudah kurang lebih satu tahun lalu, timnya memulai pekerjaan dan tugas berat. Tugas utama itu adalah mengubah total model bisnis Multiply, dari jejaring sosial ke situs e-commerce. Tapi, setelah berusaha keras, Multiply tidak berhasil.

Dengan jumlah penduduk lebih dari 240 juta orang, bisnis e-commerce di Indonesia cukup menjanjikan. Pengamat e-commerce, Andi S. Boediman, menilai investasi di bisnis e-commerce memang cukup besar. Dia mengibaratkan e-commerce adalah mal. "Jika ingin membangun mal, jangan tanggung-tanggung," kata dia.

Ada tiga hal kunci agar sukses di bisnis e-commerce, yakni memperkuat infrastruktur, mendatangkan merchant berkualitas, dan mampu mendatangkan trafik pengunjung dalam jumlah besar. Mungkin saja, Multiply gagal memenuhi tiga hal itu.

Pemain yang ingin sukses di bisnis e-commerce memang harus punya napas panjang. Kita bisa berkaca dari kasus Multiply. Pengelola situs belanja ini ingin menghasilkan keuntungan dengan mengambil fee dari transaksi dan menjual lapak kepada para merchant. Sebagai tahap awal, Multiply tak memungut biaya alias menggratiskan lapaknya.

Padahal, lapak akan bernilai jual tinggi apabila memiliki trafik yang luar biasa. Namun, strategi ini ternyata gagal dan akhirnya Multiply lempar handuk. Yang pasti, industri e-commerce di Indonesia sangat prospektif. Faktanya, pemilik Multiply tetap ingin menikmati kue bisnis ini dengan berinvestasi di Tokobagus.com.

Andi menilai e-commerce merupakan industri yang bakal melesat di masa mendatang. Saat ini, dari sekitar 60 juta pengguna internet di Indonesia, sebanyak 3,6 juta atau 6% di antaranya terlibat dalam aktivitas e-commerce. "Dua tahun lagi, pengguna internet mencapai 80 juta dan 10%-15% dari jumlah itu terlibat dalam jual beli online," kata Andi menggambarkan potensi bisnis e-commerce.

Secara umum, total belanja iklan di Indonesia saat ini mencapai US$ 6 miliar hingga US$ 8 miliar. Dari jumlah itu, dana yang dibelanjakan ke iklan digital baru 5% atau US$ 300 juta hingga US$ 400 juta. Dalam beberapa tahun mendatang, kue iklan digital ini diyakini akan terus membesar. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×