kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laba bersih anjlok, ini penjelasan manajemen Trans Power Marine (TPMA)


Kamis, 30 Juli 2020 / 18:00 WIB
Laba bersih anjlok, ini penjelasan manajemen Trans Power Marine (TPMA)


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Trans Power Marine Tbk catatkan penurunan laba bersih sepanjang 6 bulan pertama tahun ini. Padahal pendapatan perusahaan pada periode tersebut masih bisa tumbuh 4,14%.

Direktur Trans Power Marine Rudi Sutiono menjelaskan penurunan laba bersih sepanjang semester I salah satunya akibat penurunan biaya angkut. "Harga pengangkutan per ton banyak turun karena harga batu bara turun sehingga penambang minta penurunan cost dan itu pasti menjadi penurunan untuk laba perusahaan," jelasnya kepada kontan.co.id, Kamis (30/7).

Baca Juga: Pendapatan Agung Podomoro Land (APLN) turun 12% jadi Rp 1,72 triliun di semester I

Adapun laba bersih emiten berkode saham TPMA di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada semester I-2020 memang merosot tajam. Menilik pada laporan keuangannya, tercatat laba bersih TPMA sebesar US$ 1,62 juta. Realisasi tersebut turun 50,45% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 3,27 juta.

Di sisi lain, pendapatan TPMA selama semester I kemarin masih berhasil tumbuh tipis menjadi US$ 22,13 juta atau tumbuh 4,14% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 21,25 juta.

Rudi menerangkan bahwa peningkatan tersebut karena ditopang pertumbuhan pendapatan di kuartal I-2020. Pada kuartal I, perusahaan memang berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan hingga 28,28%. "Pendapatan naik karena kuartal I-2020 dibandingkan kuartal I-2019 naik tinggi jadi itu yang mendongkrak pendapatan semester I," terangnya.

Hingga tutup tahun sendiri, manajemen terus berupaya meningkatkan kinerja perusahaan. Salah satu upaya dengan diversifikasi komoditas. Rudi memaparkan perusahaan akan gencar mencari pasar untuk komoditas woodchips selain batubara. Menurutnya, kontrak untuk komoditas woodchips merupakan kontrak jangka panjang hingga 10 tahun.

Baca Juga: Trans Power Marine (TPMA) bagi-bagi dividen Rp 61,88 miliar

Maklum saja, saat ini mayoritas pengiriman batu baranya atau setara 90% dikonsumsi untuk PLN. Dengan kondisi saat ini, ia bilang banyak pengiriman dari kliennya yang ditunda akibat PLN mengalami kelebihan cadangan batubara.

Selain itu, TPMA juga sedang mempertimbangkan pengiriman nikel ke Sulawesi melihat tren baterai listrik. Hanya saja, perusahaan menilai besar risiko kerusakan kapal dengan pengiriman komoditas tersebut lantaran pelabuhan di Sulawesi dinilai masih belum cukup baik.

"Kami sudah angkut beberapa kali tapi kami lihat kapal pada rusak karena pelabuhannya asal nempel ke pelabuhan sehingga menambah biaya kami untuk perbaikan kapal," terangnya.

Baca Juga: United Tractors (UNTR) serap capex Rp 1,3 triliun di semester I

Perusahaan juga berupaya menambah pelanggan-pelanggan baru guna meningkatkan pasar. Tercatat saat ini, pelanggan setia TPMA dari Jorong Barutama Preston, Bahtera Adhiguna, dan Korintiga Hutani.

Kendati begitu, apabila hingga tutup tahun situasi masih sama dengan posisi saat ini manajemen memproyeksikan kinerja bisa mengalami penurunan 15%-20%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×