Reporter: Aprillia Ika | Editor: Didi Rhoseno Ardi
JAKARTA. Kesulitan ekonomi memang membuat orang jadi berpikir praktis. Itulah yang dirasakan Gunadi, seorang lulusan SMA. Dari seorang yang serba kekurangan, dalam setahun, Gunadi telah mempunyai rumah pribadi.
Kemapanan ekonomi yang dimiliki Gunadi tidak serta merta didapatnya. karena, selama tiga tahun dia harus bergelut mengolah daging bekicot menjadi sate bekicot.
Sate tersebut lantas dipasoknya ke warung-warung dengan harga Rp 500 per tusuk. resepnya sendiri didapat dari kerabatnya di Kediri. "Kediri kan terkenal dengan sate bekicot," ujarnya.
Lantaran satenya mendapat respons lumayan, Gunadi pun mulai berani menambah pasokan daging bekicot dari supplier-nya di Kediri. Tak dinyana, pasokan tersebut selalu berlebih. Maka. daripada dibuang, akhirnya Gunadi membuatnya menjadi keripik.
"Sebelum membuat keripik, saya lakukan dulu percobaan. Saya setorkan juga ke warung-warung. Alhamdulillah kok responsnya bagus," ujarnya.
Resep Gunadi sendiri sederhana. Daging bekicot dibumbuinya dengan jahe, cuka, pemanis, temulawak dan garam. "Pengawetnya pun sulingan temulawak dan jahe, jadi alami," imbuh Gunadi.
"Karena yang kebagian tugas memasak bekicot bernama Cholil, maka usahanya pun dinamai dengan UD Chocho. "Kalau Cholil kkan namanya kurang menjual," selorohnya.
Suatu hari, supplier-nya di Kediri kekurangan pasokan bekicot. Gunadi pun bertanya, ke mana saja pasokan bekicot itu? Suplier-nya pun lantas memberinya beberapa alamat baik di Surabaya maupun di luar Jawa.
Dengan tekun, Gunadi menghubungi alamat-alamat tersebut untuk memasarkan produknya. Dan, berhasil. Order keripiknya pun meningkat selama setahun belakangan. bahkan pihak-pihak yang sudah merasakan kelezatan keripiknya pun ikut memasarkannya melalui blog dan website-nya. Sehingga nama UD Chocho makin terkenal.
Saban harinya, Gunadi mampu mengolah lima kuintal bekicot. Dari satu kuintal daging bekicot, Gunadi mendapatkan 12 kilo keripik bekicot. Satu kilonya dijual seharga Rp 20 ribu. padahal, Gunadi membeli satu kilo bekicot mentah seharga Rp 1500 perak. Bayangkan saja berapa laba yang didapatkannya.
Laba tersebut mampu menghidupi 30 karyawannya, serta mampu membuatnya memiliki rumah di usianya yang ke 32 tahun. "Apa yang saya miliki, cukup,: ujarnya.
Sayangnya, Gunadi masih terbentur jumlah karyawan jika ingin mengembangkan produksi. Rumahnya yang sekaligus pabrik pun, dirasa masih sempit. "Saat ini saya tidak jualan sate bekicot lagi, tetapi hanya jualan keripik bekicot saja. Sekaligus jadi pengumpul bekicot," katanya.
UD Chocho
Telp: (031) 77097415
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News