kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Lahan rawa disiapkan sebagai lumbung pangan


Kamis, 24 September 2015 / 14:05 WIB
Lahan rawa disiapkan sebagai lumbung pangan


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kemtan) mempersiapkan lahan rawa sebagai lumbung pangan nasional di musim kemarau. Untuk itu, Kemtan mempersiapkan teknologi dan inovasi yang bisa mengelola lahan rawa sehingga mampu berproduksi optimal. 

Sejak memasuki musim kemarau pada Juli 2015 lalu, hingga pertengahan September 2015 lahan rawa meningkat sebesar 237.700 hektare (ha). Luas tersebut masih akan meningkat seiring dengan masih lamanya El Nino berlangsung.

Kepala Balitbang Pertanian Kemtan Muhammad Syakir mengatakan saat ini total lahan rawa nasional pada musim kemarau yang dapat dimanfaatkan sebagai sawah dengan total mencapai 801,900 ha. Luas tersebut lebih luas ketimbang lahan yang dapat dimanfaatkan pada kondisi iklim normal yang sebesar 564.200 ha. 

Lahan rawa tersebar di empat provinsi yakni Sumatera Selatan (Sumsel) sebesar 200.400 ha, tapi saat masuk musim kemarau meningkat menjadi 368.700 ha.

Demikian juga dengan Riau seluas 113.600 ha meningkat menjadi 131.800 ha saat kemarau, Lampung dari kondisi normal 79.000 ha menjadi 137.900 ha waktu kemarau dan Kalimantan Selatan dari 153.000 ha menjadi 181.600 ha pada saat kemarau. 

Saat ini kontribusi lahan rawa terhadap produksi beras nasional sekitar 14% dengan tingkat produktivitas rata-rata 4 ton gabah kering giling (GKG) per ha.

"Sebenarnya kalau dikelola dengan baik produktivitasnya bisa mencapai 6 ton sampai 7 ton per ha, tapi kita ambil angka konservatif 4 ton saja per ha," ujar Syakir, Rabu (23/9).

Syakir mengatakan, tambahan lahan 237.700 ha untuk lahan rawa selama musim El Nino berpotensi menghasilkan 950.800 ton GKG dengan tingkat produktivitas 4 ton per ha GKG. Luas tambahan tanam itu di luar 400.000 ha lahan tambah tanam untuk sawah irigasi pada tahun 2015 ini. 

Sementara itu, varietas inpara yang ditanam dapat menghasilkan produktivitas 6 ton - 7 ton per ha bila dikelola dengan baik dan mendapat pendampingan dari Balitbang Kemtan. Saat ini, Syakir bilang sepertiga dari lahan rawa tambahan di musim kemarau ini telah ditanamin dan sebagaian sudah dipanen dan sebagian lagi akan dipanen. Sementara proses menanam dan memanen terus berlangsung.

Menurut Syakir, di lahan rawa sangat diperlukan sentuhan teknologi karena tingkat kesuburan lahan rawa terbatas. Selain itu, harus juga didukung manajemen tata air yang bagus. Karena itu teknologi yang diterapkan adalah seperti sistem pemumpukan yang berimbang, teknologi pupuk hayati Biotara dan Biosure, teknologi untuk konservasi air, benih unggul padi lahan tahan salin, keasaman dan hama penyakit tanaman. Semua teknologi tersebut harus adaptif dengan lahan rawa.

Muhammad Noor, Staf Peneliti Balitbang Kemtan menambahkan, dengan adanya lahan rawa ini, maka produksi beras yang dihasilkan pada Juli-September dapat memsubstitusi permintaan pasar akibat lahan sawah irigasi menghadapi kekurangan air saat musim kemarau melanda. Ia mengatakan beras yang dihasilkan dari padi rawa berkadar indeks glikemik rendah, baik untuk diabetik serta tinggi kandungan zat besi dan selenium baik untuk pembentukan sel darah merah.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan pada tahun ini ada 400.000 ha lahan tambah tanam padi di seluruh Indonesia. Dengan potensi sebesar itu, maka Kemtan optimis kebutuhan beras sepanjang tahun dapat terpenuhi. Apalagi, hampir satu tahun pemerintahan baru saat ini, belum ada impor beras.

Data kemtan, pada 2015 produksi beras mencapai 75,5 juta ton, naik sebesar 6,64% disbanding 2014 sebanyak 70,8 juta ton. Kenaikan produksi beras tersebut juga diikuti dengan produksi jagung dan kedelai, pada 2015 mencapai 20,6 juta ton naik sebanyak 8,7% dibanding 2014 sebanyak 19,0 juta ton. Begitu juga dengan kedelai naik 4,5% dari 954,900 ton pada 2015 naik menjadi 998,800 ton pada 2015.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×