Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perombakan susunan direksi Pertamina menuai beragam tanggapan dari kalangan pengamat. Pengamat Energi dari Reforminer Institute Komaidi Notonegoro menilai pemangkasan jajaran direksi sebagai upaya efisiensi dan efektifitas di tubuh Pertamina.
"Dengan organisasi lebih ramping umumnya organisasi akan jauh lebih sederhana di dalam merespon dinamika internal maupun eksternal," ujar Komaidi kepada Kontan.co.id, Jumat (12/6).
Baca Juga: Ini alasan Erick Thohir lakukan perombakan jajaran direksi Pertamina
Di sisi lain, Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi menyoroti keputusan pengangkatan kembali Nicke Widyawato sebagai dirut Pertamina. "Pengangkatan kembali Nicke sebagai Dirut Pertamina lebih didasarkan pada kekuatan endorsers, bukan didasarkan atas kriteria dan kinerja terukur," jelas Fahmy dalam keterangan tertulis, Jumat (12/6).
Ia menjelaskan, kinerja Pertamina selama dibawahi Nicke cenderung menurun. Hal ini terlihat dari perolehan laba perusahaan yang sebagian besar justru ditopang oleh kompensasi pemerintah bukan pendapatan usaha.
Di sisi lain, Fahmy menilai Nicke juga gagal menjaga tingkatan lifting migas Pertamina. Sejumlah Blok terminasi yang dipegang justru menunjukkan performa yang menurun.
"Nicke juga gagal dalam pembangunan kilang minyak. Dari 5 kilang minyak yang direncanakan hampir tidak ada progres berati, bahkan mengalami kemunduran," kata Fahmy.
Baca Juga: Tetap jabat dirut Pertamina, Erick Thohir berikan sejumlah PR untuk Nicke Widyawati
Ia mencontohkan, kerjasama dengan Aramco pada kilang Cilacap yang urung terlaksana dan kerjasama dengan OOG pada Kilang Bontang sebagai contoh nyata jebloknya kinerja Nicke.
"Dengan kinerja jeblok, pengangkatan kembali Nicke menjadi preseden buruk pada mekanisme pengangkatan perusahaan plat merah di Indonesia," tandas Fahmy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News