kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Lelang sensor internet rentan langgar privasi


Jumat, 29 September 2017 / 07:25 WIB
Lelang sensor internet rentan langgar privasi


Reporter: Tantyo Prasetya | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - Semakin masifnya pertukaran informasi, seperti hoax dan konten bermuatan radikalisme melalui jaringan internet membuat Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar lelang Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pengadaan Sistem Monitoring dan Perangkat Pengendali Situs Internet Bermuatan Negatif atau mesin sensor internet.

Sejumlah pihak mempertanyakan tentang keberlangsungan lelang tersebut. Salah satu alasannya adalah adanya teknologi Deep Packet Inspection (DPI) yang disertakan dalam mesin sensor internet tersebut.

Pengamat telematika sekaligus Advisor di Indonesia Cloud Forum, Mochammad James menyatakan, dengan adanya teknologi tersebut memungkinkan aliran data yang diakses dapat dimonitor secara real time.

Artinya, operator yang akan memenangkan lelang tersebut akan memiliki akses untuk memantau aliran data masyarakat sehingga memungkinan terjadinya mirroring karena sifatnya yang real time dan data mining atau pengumpulan data.

"Ini sangat rentan disalahgunakan menjadi tools untuk memata-matai komunikasi data yang bisa jadi merupakan pelanggaran privacy pengguna yang dilindungi undang-undang. Intinya dengan tools yang memiliki kapabilitas DPI berpotensi terjadi penyadapan atas komunikasi data," ujarnya kepada KONTAN, Kamis (28/9).

Potensi dilakukannya data mining oleh calon operator pemenang sangat berasalan mengingat industri big data collecting sedang naik daun mengingat data menjadi aset berharga dalam sektor tekonologi informasi dan komunikasi (TIK) di masa depan.

Heru Sutadi selaku Direktur Eksekutif ICT Institute menyatakan, potensi big data di masa depan berpotensi menjadi ladang emas sehingga wajar jika menjadi rebutan pelaku solusi TIK. Namun, perilaku data mining tersebut harus disikapi dengan bijak oleh pelaku industri tersebut.

"Data mining dengan big data di satu sisi, dapat dimanfaatkan secara positif, tapi di sisi lain bisa juga untuk hal negatif seperti pelanggaran privasi, penjualan data dan sebagainya," terangnya.

Sebaliknya, Irwin Day selaku Deputi Hubungan Masyarakat Nawala mengaku bahwa proses monitoring real time tersebut tidak perlu ditakuti secara berlebihan.

"Kalau mau mematai-matai semua penghuni internet saya kira tidak, tapi bahwa sistem bisa diarahkan untuk mentarget data tertentu bisa," terangnya.

Maka dari itu Irwin mewakili Nawala yang telah terjun lebih dahulu dalan industri DNS Filter bagi pelaku Internet Service Provider (ISP), berharap siapapun operator yang memenangkan lelang tersebut harus berintegrasi tinggi agar tidak menyalahgunakan akses yang diberikan, termasuk potensi mirroring maupun data mining.

"Karena kalau yang saya duga, perangkat ini akan 'melihat' semua aliran data yang melewatinya sehingga operatornya nanti haruslah yang memiiki integrasi tinggi. Kalau tidak, rawan abuse," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×